KUDUS, KOMPAS.com – Berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Semarang, suasana khas kota kecil di Jawa Tengah ini terasa hangat.
Penduduk yang ramah menyapa, pedagang jenang yang menawarkan dagangan, aroma sate kerbau yang menggoda dari warung-warung kaki lima, dan Masjid Menara Kudus yang berdiri kukuh menjadi saksi bisu sejarah panjang kota ini.
Namun, bagi banyak orang Indonesia, nama Kudus tak hanya mengingatkan pada kuliner atau warisan budaya. Kudus justru lebih identik dengan bulu tangkis—olahraga yang menjadikan Indonesia dikenal dunia.
Identitas Kudus sebagai “rumah bulu tangkis Indonesia” sudah melekat erat. Dari kota ini, lahir klub-klub besar yang melahirkan atlet kelas dunia dan ajang-ajang bergengsi yang menjadi panggung para pebulu tangkis muda.
Tak lagi hanya identik dengan industri rokok atau destinasi religi, Kudus kini menjelma menjadi pusat sport tourism yang menyatukan olahraga, pariwisata, dan budaya dalam satu denyut nadi.
Pagi itu, Minggu (21/9/2025), suasana salah satu hotel di Kudus terasa berbeda. Area parkir dipenuhi puluhan anak-anak PB Taqi Arena asal Bandung Barat, Jawa Barat, yang melakukan pemanasan sebelum bertanding di ajang bergengsi Polytron Superliga Junior 2025.
Area parkir salah satu hotel di Kudus, Jawa Tengah, dipenuhi puluhan anak-anak PB Taqi Arena asal Bandung Barat, Jawa Barat, yang melakukan pemanasan sebelum bertanding di polytron Superliga Junior 2025. Dengan mengenakan jersey kebanggaan, mereka berlari kecil, melakukan peregangan, dan sesekali terdengar tawa riang.
Adegan sederhana itu menggambarkan bagaimana Kudus kini bukan hanya menjadi kota tujuan, melainkan juga panggung penting bagi regenerasi atlet bulu tangkis Tanah Air.
Kudus sejak lama dikenal sebagai kota dengan tradisi bulu tangkis yang kuat. Nama Persatuan Bulu Tangkis (PB) Djarum juga tak asing di telinga pencinta olahraga ini.
Cerita PB Djarum bermula sederhana, yakni dari para karyawan pabrik rokok yang bermain bulu tangkis di brak—tempat melinting rokok. Dari lapangan sederhana, tumbuhlah klub yang kini menjadi salah satu yang terkuat di dunia.
Baca juga: Calon Lawan Diketahui, PBSI Petakan Program Latihan Menuju Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2025
Klub yang lahir di Kudus itu berhasil mengorbitkan nama-nama besar, seperti Liem Swie King, Alan Budikusuma, serta pasangan ganda campuran legendaris Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir.
Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin mengatakan bahwa keberadaan PB Djarum mengubah citra kota tersebut.
“Dari kota kecil yang identik dengan rokok dan jenang, kini, Kudus dikenal sebagai rumah bulu tangkis Indonesia,” tutur Yoppy.
Generasi demi generasi pebulu tangkis dari Kudus sukses mengibarkan Merah Putih di panggung dunia. Hal ini membuktikan bahwa kota kecil di utara Pulau Jawa mampu memberi pengaruh besar.
Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin saat jumpa wartawan di sela-sela Polytron Superliga Junior 2025.Di kompleks GOR Djarum, Jati, Kudus, yang megah, semangat itu terus terasa. Setiap sore, puluhan anak berlatih dengan penuh semangat. Mimpi mereka sama, yakni menjadi juara dunia.