Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Dunia Dunia Makin Gundul, Laju Reboisasi Tak Sebanding

Kompas.com - 17/03/2023, 13:15 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemulihan hutan tropis hanya mampu mengurangi seperempat dari emisi karbon yang diproduksi setiap tahun akibat penebangan, kebakaran hutan dan pembukaan lahan, menurut hasil penelitian terbaru.

Penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Bristol di Inggris menemukan bahwa penghancuran ekosistem ini jauh mengalahkan kecepatan pertumbuhan ulang pohon-pohon itu.

Bekerja sama dengan tim internasional, mereka menggunakan data dari satelit untuk meneliti tiga hutan tropis terbesar di dunia, yakni hutan Amazon, Afrika Tengah, dan Kalimantan.

Baca juga: Deforestasi di Maluku Raya Semakin Mengkhawatirkan

Mereka berharap penelitian ini dapat memberi informasi terkait keputusan untuk melindungi kawasan tersebut.

Penelitian itu bermula dengan upaya memperkirakan penyerapan karbon di atas permukaan tanah di hutan tropis yang sedang menjalani pemulihan setelah degradasi dan deforestasi, kata penulis utama, Dr Viola Heinrich, yang menyandang gelar PhD dalam geografi fisik di Universitas Bristol.

“Sementara melindungi hutan tropis bersejarah masih menjadi prioritas, kami menekankan pentingnya mengelola kawasan hutan secara berkelanjutan yang dapat pulih dari gangguan manusia," katanya.

Institut Penelitian Luar Angkasa Nasional Brasil mengambil bagian dalam studi yang diterbitkan dalam Nature, sebuah jurnal sains multidisiplin terkemuka di dunia.

Baca juga: Mengapa Deforestasi Harus Menjadi Musuh Masyarakat?

Para ilmuwan menemukan area-area yang sedang mengalami proses pemulihan dari dampak gangguan manusia, seperti penebangan; serta hutan-hutan yang tengah bertumbuh di area deforestasi.

Hutan-hutan macam ini mampu mengurangi sekitar 107 juta ton emisi karbon dari atmosfer.

Namun, jumlah total karbon yang diproduksi dari pertumbuhan kembali hutan-hutan hanya cukup untuk mengimbangi 26 persen dari emisi karbon yang timbul dari hasil deforestasi degradasi hutan tropis.

Dengan menekankan kerentanan penyerap karbon dalam memulihkan hutan, tim penelitian juga menemukan sepertiga dari hutan yang terdegradasi oleh penebangan atau kebakaran kemudian menjadi benar-benar gundul.

“Model pemulihan karbon yang sudah kami kembangkan dapat memberitahu para saintis dan pembuat kebijakan mengenai potensi penyimpanan karbon dari hutan sekunder atau yang sudah degradasi jika mereka dilindungi dan diberi waktu untuk tumbuh kembali,” kata Dr Heinrich.

Baca juga: Bahas UU Deforestasi, Indonesia dan Malaysia Kirim Utusan Minyak Sawit ke Uni Eropa

Waktu hampir habis

Pohon tumbang dari hutan hujan, dibuka untuk lahan pertanian, terlihat di sebelah perkebunan kelapa sawit yang merambah (atas kanan) di pedalaman Miri, negara bagian Sarawak, Malaysia bagian timur.AFP via BBC INDONESIA Pohon tumbang dari hutan hujan, dibuka untuk lahan pertanian, terlihat di sebelah perkebunan kelapa sawit yang merambah (atas kanan) di pedalaman Miri, negara bagian Sarawak, Malaysia bagian timur.

Dr Viola Heinrich menambahkan hutan tropis, yang menyediakan sumber daya penting bagi jutaan orang dan hewan, perlu dilindungi dan direstorasi tidak hanya untuk nilai karbon dan iklimnya tetapi juga pada skala lokal.

"Orang perlu diizinkan agar dapat terus menggunakannya (secara berkelanjutan),” ujar Dr Heinrich.

Salah satu penulis lainnya dalam penelitian itu, Dr Jo House, mengatakan sejumlah negara sudah berulang kali berjanji untuk mengurangi deforestasi dan merestorasi daerah-daerah tersebut.

Baca juga: Bangun IKN Nusantara, Pemerintah Janji Tak Ada Lagi Deforestasi

Upaya itu merupakan cara paling hemat biaya dan langsung tersedia untuk menyerap karbon dari atmosfer - tetapi target itu berulang kali meleset.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa waktu hampir habis," tambah Dr House.

Aliansi Selatan-Selatan untuk melindungi hutan hujan didirikan oleh Brasil, Indonesia, dan Kongo pada COP27 November lalu.

Baca juga: Indonesia Perlu Berbenah Hadapi Aturan Anti Deforestasi Uni Eropa

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Terkini Lainnya
Jepang Batal Jadi Kampung Halaman Orang Afrika
Jepang Batal Jadi Kampung Halaman Orang Afrika
Global
Ibu 5 Anak Tewas Diterkam Anjing yang Rebutan Nugget
Ibu 5 Anak Tewas Diterkam Anjing yang Rebutan Nugget
Global
Presiden Petahana Tanzania Tetap Dilantik meski Demo Berdarah Tewaskan 700 Orang
Presiden Petahana Tanzania Tetap Dilantik meski Demo Berdarah Tewaskan 700 Orang
Global
Petarung Indonesia dan Malaysia Berkelahi Saat Konferensi Pers
Petarung Indonesia dan Malaysia Berkelahi Saat Konferensi Pers
Global
Jamaika Porak-poranda Dihantam Badai Melissa, Terkuat di Dunia dalam 90 Tahun
Jamaika Porak-poranda Dihantam Badai Melissa, Terkuat di Dunia dalam 90 Tahun
Global
Ketika Uni Soviet Mata-matai AS lewat Karya Seni...
Ketika Uni Soviet Mata-matai AS lewat Karya Seni...
Global
Pelaku Penusukan Massal di Inggris Dituduh 10 Percobaan Pembunuhan
Pelaku Penusukan Massal di Inggris Dituduh 10 Percobaan Pembunuhan
Global
PM Jepang Minta Bertemu Kim Jong Un, Bahas Kasus Lama Puluhan Tahun Lalu
PM Jepang Minta Bertemu Kim Jong Un, Bahas Kasus Lama Puluhan Tahun Lalu
Global
Xi Jinping Bercanda soal “Mata-mata” Saat Hadiahkan Ponsel China ke Presiden Korsel
Xi Jinping Bercanda soal “Mata-mata” Saat Hadiahkan Ponsel China ke Presiden Korsel
Global
Tetangga RI Terancam Diterjang Topan Kalmaegi, Ribuan Orang Mengungsi
Tetangga RI Terancam Diterjang Topan Kalmaegi, Ribuan Orang Mengungsi
Global
Selamat dari Tragedi Air India, Ramesh: Saya Orang Paling Beruntung tapi Juga Paling Menderita
Selamat dari Tragedi Air India, Ramesh: Saya Orang Paling Beruntung tapi Juga Paling Menderita
Global
Kronologi Kejatuhan Pangeran Andrew: Dari Favorit Ratu Elizabeth hingga Teman Epstein
Kronologi Kejatuhan Pangeran Andrew: Dari Favorit Ratu Elizabeth hingga Teman Epstein
Global
China Sukses Kembangkan Helikopter Nirawak, Rampungkan Penerbangan Perdana
China Sukses Kembangkan Helikopter Nirawak, Rampungkan Penerbangan Perdana
Global
Kisah Ibu Selamatkan Putrinya dari Kelompok Penyembah Setan 764
Kisah Ibu Selamatkan Putrinya dari Kelompok Penyembah Setan 764
Global
Masih Bisa Jadi Raja, Pangeran Andrew Tetap Warisi Takhta Inggris meski Gelar Dicopot
Masih Bisa Jadi Raja, Pangeran Andrew Tetap Warisi Takhta Inggris meski Gelar Dicopot
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau