Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skandal Naturalisasi Malaysia, Alarm Asia Tenggara

Kompas.com - 18/10/2025, 00:06 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: John Duerden/DW Indonesia

KOMPAS.com - Skandal dugaan penggunaan pemain asing secara ilegal oleh Malaysia dalam kualifikasi Piala Asia menyoroti praktik naturalisasi untuk memperkuat tim nasional.

Kemenangan Malaysia 4-0 atas Vietnam pada bulan Juni terlihat mengesankan. Namun, menurut badan sepak bola dunia, FIFA, kemenangan itu dicapai dengan tujuh pemain kelahiran luar negeri yang menggunakan akta kelahiran palsu untuk mengklaim bahwa kakek-nenek mereka lahir di Malaysia.

Pada September, FIFA mendenda Asosiasi Sepak Bola Malaysia atau Football Association of Malaysia (FAM) sebesar 438.000 dollar AS (sekitar Rp 7 miliar) dan menangguhkan para pemain tersebut.

FAM menyatakan awal bulan ini bahwa mereka akan mengajukan banding atas keputusan tersebut, sambil menegaskan bahwa mereka percaya tidak ada bukti yang mendukung tuduhan yang diajukan FIFA.

Skandal ini menempatkan isu naturalisasi sebagai berita utama di media-media di kawasan Asia Tenggara, yang sudah terbiasa dengan praktik ini. 

Baca juga: Malaysia Ajukan Banding ke FIFA, Tak Terima Disebut Palsukan Data Pemain Naturalisasi

Peringatan bagi sepak bola Asia Tenggara

"Ini adalah peringatan bagi Asia Tenggara," kata Sasi Kumar, mantan pemain internasional Singapura, kepada DW.

Dia juga menambahkan bahwa negara lain pasti berpikir, dan itulah kenapa 'harus lebih berhati-hati.

Pakar pemasaran olahraga yang berbasis di Madrid, Spanyol, ini pun menyinggung negaranya sendiri.

"Malaysia menaturalisasi pemain-pemain ini dengan sangat cepat, tapi di Singapura kami melakukannya secara bertahap. Kami mencoba mendapatkan seorang pemain dari (klub Wales) Cardiff (Perry Ng) dan hampir dua tahun belum berhasil," tambahnya.

Ng lahir di Liverpool, tetapi kakek-neneknya dari Singapura, hubungan keluarga yang menjadi jalur paling umum menuju naturalisasi.

Baca juga: Anwar Ibrahim Ungkap Alasan Malaysia Tak Diundang ke KTT Gaza di Mesir

Terlebih sejak 2008, FIFA memperketat aturan jalur lain, yakni pemain harus bermain lima tahun berturut-turut di liga domestik agar bisa membela tim nasional.

Aturan ini naik dari yang sebelumnya dua tahun, setelah negara-negara seperti Qatar menaturalisasi sejumlah pemain Brasil. 

Meski begitu, tidak ada harapan bahwa FIFA akan memperketat aturan hanya karena kasus Malaysia.

"Sangat sulit untuk mengubah regulasi, jadi aturan yang ada harus diikuti dengan sistem cek dan keseimbangan serta dokumentasi yang jelas," ujar Shaji Prabhakaran, anggota Komite Eksekutif Konfederasi Sepak Bola Asia, kepada DW.

Halaman:

Terkini Lainnya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Global
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Global
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Global
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Global
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Global
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
Global
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Global
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Global
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Global
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Global
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Global
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Global
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Global
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Global
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau