KOMPAS.com – Kalender Hijriah atau Qomariyah digunakan umat Islam sebagai acuan waktu ibadah yang mengikuti siklus peredaran Bulan. Penentuan awal bulan Hijriah penting karena terkait dengan momen keagamaan seperti Ramadan, Syawal, hingga Zulhijah.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) turut berperan memberikan data astronomis (hisab) dan observasi hilal (rukyat) dalam penentuan awal bulan Qomariyah. Observasi hilal dilakukan setiap bulan di 37 lokasi dan bisa disaksikan secara langsung melalui laman https://hilal.bmkg.go.id.
BMKG menyebutkan bahwa konjungsi (ijtima’) penentu awal bulan Safar 1447 H akan terjadi pada:
Kamis, 24 Juli 2025 pukul 19.11.01 UT
atau Jumat, 25 Juli 2025 pukul 02.11.01 WIB
Di wilayah Indonesia, matahari pada 25 Juli 2025 terbenam paling awal pukul 17.30 WIT di Merauke dan paling akhir pukul 18.45 WIB di Sabang. Dengan demikian, konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam di sebagian wilayah Indonesia.
Bagi yang memakai metode rukyat, hilal dapat dirukyat setelah matahari terbenam 25 Juli 2025.
Bagi yang memakai metode hisab, akan mempertimbangkan kriteria hisab pada waktu yang sama.
Baca juga: Mengenal Tradisi Mandi Safar di Berbagai Daerah di Indonesia, Ada yang Hadirkan Pawang Buaya
Pada bulan Juli 2025, umat Islam masih berada dalam bulan Muharram 1447 H, lalu memasuki bulan Safar 1447 H mulai 26 Juli 2025.
Berikut kalender Hijriah di bulan Juli 2025:
Sebagian orang masih meyakini bulan Safar sebagai bulan sial. Namun dalam Islam, keyakinan ini tidak berdasar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidak ada penyakit, tidak ada kesialan, tidak ada pengaruh buruk dari burung hantu.”
(HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad)
Allah SWT juga menegaskan dalam Al-Qur'an:
Baca juga: Doa Naik Kendaraan dan Anjuran Sholat Safar
“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan...” (QS At-Taubah: 36)
Artinya, semua bulan memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah, termasuk Safar. Tidak ada bulan yang lebih sial atau lebih mujur dari yang lain.