KOMPAS.com - Inflasi pada bulan Oktober 2025 di Jawa Tengah tercatat meningkat seiring naiknya harga sejumlah komoditas pangan dan juga harga emas.
Kenaikan ini menunjukkan adanya tekanan harga yang cukup kuat di beberapa sektor kebutuhan masyarakat.
Sehingga, upaya Pemprov Jateng dalam menjaga stabilitas harga untuk menekan angka inflasi dianggap penting karena dapat mempengaruhi daya beli masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat, salah satu faktor yang turut mempercepat laju inflasi adalah berjalannya program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Baca juga: Inflasi Oktober 2025 Capai 0,28 Persen, Disumbang Emas Perhiasan dan Cabai Merah
BPS Jateng melaporkan inflasi Oktober 2025 sebesar 0,40 persen secara bulanan (month to month/mtm) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 109,22.
Secara tahunan, inflasi Oktober 2025 terhadap Oktober 2024 mencapai 2,86 persen (year on year/yoy), sedangkan inflasi tahun kalender berada di angka 2,01 persen.
Plt Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih, menjelaskan lonjakan permintaan terhadap sejumlah bahan pangan menjadi faktor pendorong utama inflasi, terutama akibat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Permintaan telur ayam ras dan daging ayam ras meningkat sejalan dengan pelaksanaan program MBG. Komoditas ini menjadi bagian dari menu program," terang Endang dalam konferensi pers, Senin (3/10/2025).
Baca juga: Rupiah Melemah di Awal Pekan, Dihantui Kenaikan Inflasi dan Surplus Dagang Menyusut
Dari sisi kelompok pengeluaran, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan inflasi 2,96 persen dan andil 0,21 persen.
Sementara, kenaikan harga emas perhiasan juga menjadi penyebab utama lonjakan pada kelompok ini, seiring tren kenaikan harga emas dunia.
"Harga emas internasional terus mengalami kenaikan. Kalaupun turun, posisinya masih tetap tinggi. Ini mendorong inflasi di Jateng," jelas Endang.
Komoditas emas perhiasan bahkan menjadi penyumbang utama inflasi Oktober 2025 sebesar 0,19 persen, dengan kenaikan harga tercatat di sembilan kabupaten/kota.
Kota Semarang dan Surakarta mencatat kenaikan tertinggi, dengan persentase kenaikan antara 13–16 persen.
"Emas perhiasan memberikan andil 0,19 persen. Artinya, separo inflasi secara month to month adalah andil dari perhiasan," ujarnya.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi tertinggi kedua dengan inflasi 0,57 persen dan andil 0,17 persen.