Di Ruang Tunggu Keluarga RS Bhayangkara Surabaya, pria asal Jember itu hanya bisa duduk terpaku di kursi yang disediakan petugas.
Di hadapannya, peti jenazah sang anak telah disiapkan, menghadap ke arah kiblat, tempat terakhir bagi putra tercintanya sebelum dimakamkan.
Wajah Ainun Naim tampak tegar, meski gurat kesedihan begitu jelas di balik matanya yang basah. Ia bersama keluarga besar tengah menunggu pelaksanaan salat jenazah Aqil, anak yang dikenal pendiam dan patuh kepada orang tua.
“Dia enggak pernah mengeluh,” kata Ainun dengan suara bergetar saat ditemui TribunJatim.com di RS Bhayangkara Surabaya, Jumat (10/10/2025) malam.
Anak Saleh dan Penurut
Ainun menggambarkan Aqil sebagai anak yang penurut dan istikamah menjalankan ibadah. Bahkan untuk salat subuh, remaja itu selalu bangun sendiri tanpa dibangunkan.
“Kalau liburan di rumah, dia salat sama saya. Selalu berjamaah. Kalau subuh, dia bangun sendiri. Enggak pernah dipaksa, apalagi dipukul,” ujarnya.
Ainun Naim diketahui merupakan pengasuh Ponpes Miftahul Hidayah di Desa Sukorejo, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember. Setiap kali libur pondok, Aqil selalu ikut berjamaah di masjid keluarga mereka.
Kebiasaan itu, menurut Ainun, membuatnya ikhlas ketika sang anak berpulang dalam keadaan tengah beribadah, menuntut ilmu di pondok, dan meninggal dunia saat menjalankan salat asar.
“Saya ikhlas, insyaallah. Saya berterima kasih terhadap pondok karena sudah memberikan ilmu ke anak saya. Saya rida dan mohon maaf pada kiai jika selama ini Aqil ada kekurangan,” tutur Ainun dengan mata berkaca-kaca.
Firasat dan Permintaan Terakhir
Meski tidak merasakan firasat khusus sebelum kepergian anaknya, Ainun mengingat satu permintaan terakhir Aqil dua bulan lalu, saat liburan maulid di rumah. Saat itu, Aqil meminta tambahan pakaian koko putih untuk dipakai selama di pondok.
“Dia bilang bajunya yang putih kurang banyak. Di pondok kegiatan banyak pakai baju putih. Jadi baju-baju barunya jarang dibawa,” kenang Ainun lirih.
Pelukan terakhir terjadi saat Ainun mengantarkan Aqil kembali ke Ponpes Al Khoziny Sidoarjo seusai libur panjang. Ia tak pernah menyangka, malam itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka.
"Biasanya kalau pulang, dia naik kereta sendirian. Tapi waktu itu, dia minta saya yang antar. Itu terakhir saya lihat dia,” kata Ainun menutup perbincangan.
Identifikasi Korban Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur pada Jumat (10/10/2025) malam mengumumkan hasil identifikasi tambahan korban ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo.
Dua jenazah dan satu bagian tubuh (body part) berhasil diidentifikasi di Posko DVI RS Bhayangkara Surabaya.
Dengan demikian, dari total 67 kantong jenazah yang diterima, sudah 50 korban berhasil teridentifikasi dan diserahkan ke keluarga.
Berikut hasil identifikasi yang disampaikan Kabiddokkes Polda Jatim Kombes Pol dr M Khusnan Marzuki:
1. PM RSB B-031 teridentifikasi sebagai Moh Alfin Mutawakkilalallah (17), warga Desa Lomaer, Blega, Bangkalan, Madura.
2. PM RSB B-049 teridentifikasi sebagai Muhammad Iklil Ibrohim Al Aqil (15), warga Dusun Tegal Gebang, Sukorejo, Bangsalsari, Jember.
Selain itu, satu body part bernomor PM-056.1 juga berhasil diidentifikasi melalui metode DNA, cocok dengan jenazah atas nama Mochammad Haikal Ridwan (14), warga Sendang Dajah, Bangkalan.
“Keluarga sudah kami hubungi. Kami siap memfasilitasi sesuai dengan permintaan keluarga korban,” ujar Khusnan Marzuki di Lobby Ruang Immunoterapi RS Bhayangkara Surabaya.
Insiden ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9/2025) menjadi salah satu tragedi paling memilukan di Jawa Timur tahun ini.
Total 171 orang menjadi korban, terdiri atas 67 korban meninggal dunia (termasuk delapan body part) dan 104 orang luka-luka. Proses identifikasi oleh Tim DVI RS Bhayangkara Surabaya masih terus berlanjut hingga waktu yang belum ditentukan.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Sang Ayah Tahan Tangis Ceritakan Sosok Aqil yang Istikamah Salat Berjamaah, Kenang Pelukan Terakhir
https://www.kompas.com/jawa-timur/read/2025/10/13/104500288/cerita-di-rs-bhayangkara-ayah-korban-ambruknya-al-khoziny-menatap