KOMPAS.com - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan bahwa keputusan terkait opsi pembayaran utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) masih menunggu arahan dari Presiden Prabowo Subianto.
"Tentunya, nanti akan kami mohon arahan-arahan dan penunjukan Bapak Presiden," ujar AHY, di kantornya, Jakarta, Senin (3/11/2025).
Baca juga: PKS Kritik Proyek Kereta Cepat Whoosh: Pelunasan Utang Jangan Menggunakan APBN
Menurut Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi, isu terkait pembayaran utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah dibahas dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan pada Rabu (29/10/2025).
"Kemarin di dalam ratas juga itu bagian dari salah satu yang dibicarakan, pemerintah sedang mencari skema yang terbaik, termasuk perhitungan-perhitungan angkanya," ujar Prasetyo.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan beberapa menteri untuk mengevaluasi berbagai opsi terkait pembayaran utang, termasuk kemungkinan perpanjangan masa pinjaman.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, serta CEO Danantara Rosan Roeslani, turut dilibatkan dalam mencari solusi terbaik.
"Mereka dihitung lagi detailnya, dan opsi-opsi seperti perpanjangan masa pinjaman sedang dipertimbangkan," lanjut Prasetyo.
Baca juga: KPK Akan Panggil Pihak yang Terkait Proyek Kereta Cepat Whoosh
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), atau yang lebih dikenal dengan nama Whoosh, telah menjadi sorotan publik karena beban utang yang sangat besar, yang mencapai Rp 116 triliun.
Proyek ini telah menimbulkan banyak kritik terkait biaya operasional dan kerugian yang terus dialami oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), perusahaan konsorsium BUMN Indonesia yang memegang 60% saham di PT KCIC, proyek ini mengalami kerugian hingga Rp 4,195 triliun sepanjang tahun 2024.
Kerugian tersebut terus berlanjut pada tahun 2025, dengan tambahan kerugian sebesar Rp 1,625 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Kereta cepat Jakarta-Bandung Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta Timur. Pakar ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menilai pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta?Bandung (KCJB) atau Whoosh melalui skema Danantara lebih tepat dibandingkan membebani APBN. Penyebab Biaya Whoosh Lebih Mahal dari Kereta Cepat Arab SaudiBaca juga: KPK Akan Panggil Pihak yang Tahu Konstruksi Kasus Kereta Cepat Whoosh
Meski proyek Kereta Cepat Whoosh mengalami banyak kritik, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat itu menyatakan bahwa Kereta Cepat sudah mampu menutupi biaya operasionalnya sendiri.
"Whoosh kini sudah mampu menutup biaya operasionalnya sendiri dan melayani lebih dari 12 juta penumpang sejak beroperasi pada Oktober 2023," ujar Luhut.
Dalam unggahan di akun Instagram-nya @luhut.pandjaitan, Luhut menambahkan bahwa meskipun proyek ini menghadapi pro dan kontra, Whoosh telah membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi wilayah yang dilintasinya.
Luhut juga menceritakan pengalamannya naik kereta cepat Whoosh, yang kini mampu memangkas waktu perjalanan dari Bandung yang sebelumnya memakan waktu 3-4 jam menjadi hanya 30 hingga 60 menit.
Baca juga: Berpotensi Bikin Utang Jumbo, Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Diminta Dikaji Ulang