KOMPAS.com – Burnout atau kelelahan kerja bukan sekadar rasa lelah biasa. Menurut Psikolog Klinis A. Kasandra Putranto, burnout adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang muncul akibat stres berkepanjangan di tempat kerja dan ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan sumber daya yang tersedia.
“Burnout terjadi ketika tuntutan pekerjaan tinggi tidak diimbangi dengan sumber daya yang memadai,” ujar Kasandra, seperti ditulis Antara, Kamis (31/7/2025).
Kasandra merujuk pada klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, yang menyatakan bahwa burnout merupakan sindrom akibat stres kronis di tempat kerja yang tidak ditangani dengan baik.
Baca juga: Kenali Tanda Burnout yang Sering Dianggap Sekadar Lelah
Burnout dapat dikenali dari tiga aspek utama, yakni:
Ketiga gejala ini kerap tumpang tindih dan memperburuk kondisi jika tidak ditangani segera.
Baca juga: Jangan Anggap Lelah Biasa, Ini Bedanya dengan Burnout yang Mengubah Otak
Kasandra menjelaskan bahwa pencegahan burnout bisa dimulai dengan meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental.
Pemeriksaan psikologis rutin dan deteksi dini atas gejala stres menjadi langkah awal yang penting.
Beberapa strategi pencegahan yang disarankan antara lain:
“Penting juga untuk menyeimbangkan hidup dan kerja atau yang biasa kita sebut work-life balance,” tambah Kasandra.
Baca juga: Studi Ungkap Hanya 27 Persen Burnout Disebabkan oleh Tekanan Kerja
Jika burnout sudah terjadi, Kasandra menyarankan untuk memberikan waktu istirahat yang cukup.
“Ambillah cuti bila diperlukan untuk pemulihan mental dan fisik,” katanya.
Konsultasi dengan psikolog atau konselor profesional juga dapat membantu. Pendekatan psikoterapi seperti mindfulness, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), dan Behavior Activation dinilai efektif dalam menangani burnout.
Bagi sebagian orang, burnout juga bisa menjadi sinyal untuk mengevaluasi tujuan karier. Bila pekerjaan saat ini tak lagi sejalan dengan nilai dan kepuasan diri, mempertimbangkan perubahan peran bisa menjadi pilihan.
“Jika ada hal yang mengganjal, sampaikan adanya beban kerja yang berlebihan secara asertif kepada atasan sambil mendiskusikan alternatif pembagian tugas atau fleksibilitas kerja,” saran Kasandra.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Ketika Burnout? Ini 7 Cara Mengatasinya
Selain upaya individu, Kasandra menekankan pentingnya peran lingkungan kerja. Organisasi diharapkan lebih terbuka terhadap keluhan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang kondusif.
Dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, burnout bisa dicegah dan dikelola, sehingga karyawan tetap sehat dan produktif dalam jangka panjang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang