JAKARTA, KOMPAS.com - Depresi bukan sekadar perasaan sedih atau kelelahan yang bisa hilang dengan istirahat.
Kondisi ini bisa muncul karena kombinasi faktor biologis, psikologis, sosial, dan gaya hidup yang saling memengaruhi.
Setiap orang bisa berisiko depresi, tergantung bagaimana tubuh, pikiran, dan lingkungannya saling berinteraksi.
Baca juga: Ketahui 3 Ciri-ciri Gejala Depresi Menurut Psikiater, Termasuk Selalu Sedih
Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, psikiater sekaligus direktur utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi.
Ia menjelaskan, bahwa depresi memiliki banyak dimensi yang tak bisa dipandang dari satu sisi saja.
“Depresi ini faktor-faktor risikonya ada berbagai, ya, ada biologis, psikologis, dan sosial. Biologis misalnya, riwayat keluarga, ketidakseimbangan neurotransmitter seperti serotonin, kemudian gangguan hormon seperti tiroid, sampai minum obat tertentu,” ujar Nova dalam acara Festival Kata 2025 Kompas.id di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (17/10/2025).
Ia menambahkan, keseimbangan zat kimia otak menjadi salah satu pemicu seseorang mengalami depresi.
"Ketidakseimbangan neurotransmitter itu misalnya serotonin ya. Kalo pada depresi itu serotoninnya ada ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Jadi kalo pake obat-obat dan segala macam, makanya jaman dulu ada yang bilang Prozac nation," jelasnya.
Dengan begitu, berikut empat faktor risiko depresi menurut dr. Nova yang terdiri dari faktor biologis, psikologis, sosial, hingga gaya hidup. Simak penjelasannya.
Menurut psikiater, setidaknya ada 4 faktor-faktor risiko seseorang mengalami depresi. Berikut penjelasannya.Secara biologis, seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mood perasaan lebih berisiko mengalami depresi. Ketidakseimbangan hormon juga bisa memengaruhi, misalnya pada penderita tiroid.
“Banyak orang sekarang yang kena tiroid sejak pandemi. Kalau dosis obatnya tidak sesuai, bisa berdampak ke depresi, karena gejala orang hipotiroid itu salah satunya adalah depresi dan cemas,” jelas Nova.
Selain itu, penyakit kronis dan efek dari beberapa obat tertentu juga bisa memicu gangguan mood.
Baca juga: 3 Strategi Coping Stres untuk Menjaga Kesehatan Mental
Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan fisik tetap penting sebagai bagian dari deteksi dini depresi.
Menurut psikiater, setidaknya ada 4 faktor-faktor risiko seseorang mengalami depresi. Berikut penjelasannya.