JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis pariwisata, khususnya pada subsektor perhotelan, tengah mengalami tekanan berat.
Sejak awal 2025, sejumlah hotel telah mengeluhkan minimnya keterisian kamar hotel (okupansi), juga penyewaan ruang rapat di hotel.
Hotel-hotel ramai di banyak daerah mengeluhkan sepinya okupansi pasca-ketuk palu efisiensi anggaran pemerintah untuk kementerian dan lembaga.
"Secara singkat, untuk hotel-hotel bintang tiga di Indonesia yang tergabung IHGMA, mengalami penurunan hingga 100 persen dari bisnis mereka," kata Wakil Ketua Umum IHGMA, Garna Sobhara Swara, dilaporkan Kompas.com pada Rabu (12/3/2025).
Baca juga: Kenapa Kamar Mandi Hotel Ada di Dekat Pintu Masuk? Ini Jawaban Ahlinya
Sebanyak 312 anggota hotel yang tergabung dalam IHGMA, mengisi survei seputar pengaruh efisiensi anggaran ini.
Bagi hotel bintang empat, dampak jangka panjang efisiensi anggaran memengaruhi penurunan pendapatan sebesar 45-60 persen setiap bulannya.
Selain itu, Garna menuturkan, hotel-hotel yang menargetkan tamu bisnis juga mengalami penurunan permintaan untuk ruang rapat, sejak efisiensi anggaran ditetapkan pemerintah.
Baca juga: Luna Maya dan Maxime Bouttier Resepsi di Hotel Four Seasons Jakarta, Ini Kisaran Bujetnya
"Dalam jangka menengah, hotel mungkin kesulitan mencapai tingkat hunian optimal. Akhirnya, terjadi penurunan pendapatan menyeluruh," ucap Garna.
Ditemui terpisah, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Haryadi Sukamdani, juga menyampaikan data serupa.
"Kalau di hotel itu, perkiraan penurunan omzetnya antara 30-40 persen di semester satu," kata Hariyadi dalam jumpa pers Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (30/7/2025).
Namun, sosok yang dikenal sebagai Ketua Umum PHRI ini juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis hotel dapat terjadi pada semester kedua 2025.
"Perkiraan kami, bila dibandingkan dengan semester satu ya, (bisnis hotel) mungkin akan tumbuh sekitar 20-an persen," ungkap dia.
Baca juga: 5 Hotel Bali Ini Masuk 100 Hotel Terbaik di Dunia Versi Travel and Leisure
Namun ia menekankan pentingnya sinergi semua pihak, termasuk regulator, pelaku industri, dan masyarakat untuk mencapai target ini.
“Kalau cuma mengandalkan APBN, tidak cukup. Kita butuh kolaborasi, inovasi, dan tentu saja doa,” pungkas dia.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini