Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tanjung Verde, Negara Kecil yang Lolos ke Piala Dunia 2026

Kompas.com - 14/10/2025, 10:10 WIB
Serafica Gischa

Editor

KOMPAS.com - Tanjung Verde menjadi sorotan dunia setelah memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2026 untuk pertama kalinya. 

Kemenangan 3-0 atas Eswatini pada Senin (13/10/2025) membawa negara kecil di Samudera Atlantik itu ke puncak Grup D Kualifikasi Zona Afrika. 

Bagi sebagian orang yang bertanya, tanjung verde di mana, negara kepulauan ini terletak 60o kiometer dari pesisir Afirka Barat. 

Di balik prestasi sepak bolanya yang bersejarah, Tanjung Berde menyimpan kisah panjang tetang penjajahan, perdagangan, dan perjuangan kemerdekaan.

Dari pulau tandus yang ditemukan para pelaut Eropa abad ke-15, wilayah ini tumbuh menjadi bangsa yang berdiri tegak di atas warisan kolonialisme dan perlawanan rakyatnya. 

Baca juga: Hari Sepak Bola Nasional 19 Juli di AS: Sejarah American Football

Awal penemuan di Lautan Atlantik

Sejarah Tanjung Verde dimulai pada pertengahan abad ke-15, ketia dua pelaut Genova, Antonio dan Bartolomeo da Noli, yang berlayar di bawah bendera Portugis, menemukan gugusan pulau yang sebelumnya tak berpenghuni pada tahun 1460. 

Penemuan ini menjadi bagian dari ekspedisi besar Portugis di bawah pimpinan Pangeran Henry the Navigator, yang kala itu tengah berlomba menemukan jalur baru menuju kekayaan Afrika dan Asia. 

Pulau Santiago menjadi tempat pendaratan pertama. Di sana, para pemukim Portugis mendirikan Riberia Grande (sekarang dikenal Cidade Velha), yang kelak menjadi kota Eropa pertama di daerah tropis. 

Dari titik inilah Tanjung Verde tumbuh sebagai pos penting dalam jaringan perdagangan global. 

Baca juga: Sejarah Sepak Bola Irak: Kisah Pembuktian Timnas Singa Mesopotamia

Persimpangan perdagangan dan perbudakan 

Letaknya yang strategis di tengah jalur pelayaran Atlantik menjadikan Tanjung Verde pusat perdagangan transatlantik. 

Pulau-pulau ini menjadi tempat perhentian kapal-kapal Portugis yang berlayar menuju Brasil dan Asia, sekaligus titik transit bagi perdagangan manusia dari Afrika ke Dunia Baru.

Di abad ke-16, ribuan orang Afrika dijadikan budak dan dikirim melalui pelabuhan di Santiago dan Fogo. 

Tanjung Verde menjadi tempat di mana budaya Afrika dan Eropa berpadu secara paksa, melahirkan masyarakat mestiço atau Crioulo—campuran dua dunia yang hingga kini menjadi identitas nasional mereka.

Kain tenun pano hasil karya para budak lokal menjadi salah satu komoditas penting di perdagangan pantai Afrika, digunakan sebagai alat tukar dalam bisnis perbudakan. 

Meski kelam, masa inilah yang membentuk akar budaya dan bahasa unik Tanjung Verde yang bertahan hingga hari ini.

Baca juga: Sejarah Singkat Sepak Bola

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau