JAKARTA, KOMPAS.com - Pernah merasa jantung berdebar setelah minum kopi atau saat stres? Hal ini terkadang bisa mencetuskan rasa kekhawatiran tentang penyakit jantung.
Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah subspesialis aritmia, dr. Sebastian Andy, Sp.JP, Subsp.Ar(K), FIHA, tidak semua detak jantung yang cepat berarti tanda bahaya.
Baca juga:
Dalam banyak kasus, jantung memang berdetak lebih cepat sebagai reaksi alamiah tubuh terhadap situasi tertentu, seperti saat kita cemas, kurang tidur, atau terburu-buru.
"Jadi ada irama jantung cepat yang memang sesuai kondisi kita ya. Misalnya kita lagi stres, lagi buru-buru, lagi ada deadline (tenggat waktu pekerjaan), atau lagi minum kopi kebanyakan. Itu adalah hal yang wajar," kata dr. Sebastian dalam acara Primaya Fair 2025 di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (15/10/2025).
Selain itu, ia menambahkan, kehamilan atau kondisi demam juga bisa membuat jantung berdetak lebih cepat.
Hal itu disebut irama jantung yang sesuai dengan kondisi tubuh, atau dalam istilah medis dikenal sebagai appropriate tachycardia yaitu peningkatan detak jantung yang normal karena adanya pemicu fisiologis.
Pernah merasa jantung berdebar setelah minum kopi? Bisa jadi penyebabnya bukan kopinya, melainkan faktor lain. Simak penjelasan dokter.Kopi kerap jadi "tersangka" jantung deg-degan. Banyak yang mengira minum kopi otomatis membuat jantung berdetak kencang, tapi hal itu tak selalu benar.
Misalnya, ketika seseorang ngopi dibarengi dengan merokok, justru rokok-lah yang menjadi permasalahannya.
"Orang sering nyalahin kopinya. Padahal yang bermasalah itu rokoknya, bukan kopinya," ujar dr. Sebastian.
Ia menegaskan, konsumsi kopi dalam jumlah wajar tidak berbahaya. Minum dua hingga tiga gelas kopi per hari masih tergolong aman, meskipun sebaiknya disesuaikan dengan kondisi tubuh.
"Karena biasanya kalau kopi itu punya rokok kan. Rokoknya disalahin ya. Memang kalau rokok terbukti dia ada masalah. Mengakibatkan masalah penyempitan jantung," jelasnya.
Baca juga:
dr. Sebastian Andy, Sp. JP, Subsp. Ar(K), FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah subspesialis aritmia dari Primaya Hospitals, dalam acara Primaya Fair 2025, di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (15/10/2025).Meski begitu, dr. Sebastian mengingatkan bahwa tidak semua jantung berdebar bisa dianggap sepele.
Ada kondisi ketika detak jantung meningkat tanpa alasan yang jelas, dan hal ini bisa menandakan gangguan irama jantung yang berpotensi berbahaya.
"Kalau kita lagi santai, enggak ngapa-ngapain, tapi kok jantung terasa cepat sekali, itu perlu diwaspadai," katanya.
Ia menyarankan agar masyarakat melakukan pemeriksaan sederhana secara mandiri dengan cara "menari" alias meraba nadi sendiri. Dari cara itu, mereka bisa mengetahui apakah detaknya teratur atau tidak.
"Detak jantung itu antara 60 sampai 100 kali per menit. Kalau misalnya di atas 140 ke atas saat kita lagi santai, ini bisa diperiksa. Minimal kita lakukan rekam jantung untuk tahu apa yang terjadi," papar dr. Sebastian.
Lebih lanjut, menurutnya, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh beberapa hal medis, seperti gangguan hormon tiroid.
Jika seseorang memiliki kelebihan hormon tiroid, jantung bisa berdebar tanpa pemicu eksternal seperti stres atau kafein.
"Penyebabnya mungkin yang sering terjadi juga adalah gangguan hormon tiroid. Jadi ada beberapa pasien-pasien kita yang memang punya kelebihan hormon tiroid sehingga detak jantungnya jadi berdebar," jelasnya.
Dalam kasus seperti ini, pengobatan harus difokuskan pada penanganan tiroidnya, bukan sekadar memperlambat detak jantung.
Baca juga:
Meski sebagian besar kasus jantung berdebar disebabkan oleh faktor normal, seperti stres, kurang tidur, atau kafein, dr. Sebastian mengingatkan agar tetap waspada terhadap gejala yang terasa tidak biasa.
"Kita hitung teratur atau enggak teratur dulu, apa lompat-lompat, atau jedanya lama. Kalau dia konstan terus, hitung berapa kali per menit. Kalau antara 60-100 wajar dan bagus," terangnya.
"Tapi kalau misalnya nada nya cepat, ada ciri khas-ciri khas lain lagi. Kok iramanya enggak teratur ya. Kok ada yang berkelompok. Ada yang dua jeda, dua jeda. Ya itu mesti segera diperiksa juga," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang