| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Potensi Kenaikan Bitcoin Masih Terbuka Meski Tensi Dagang AS-China Kembali Tinggi


Minggu, 08 Juni 2025 / 18:18 WIB
Potensi Kenaikan Bitcoin Masih Terbuka Meski Tensi Dagang AS-China Kembali Tinggi
ILUSTRASI. Ketegangan diskusi dagang antara AS dan China jadi salah satu faktor yang diantisipasi pasar jelang berakhirnya masa penundaan kebijakan tarif.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketegangan diskusi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi salah satu faktor yang diantisipasi pasar menjelang berakhirnya masa penundaan kebijakan tarif. Dalam masa penantian ini, potensi penguatan Bitcoin masih terbuka. 

Koin utama pasar kripto, Bitcoin (BTC) masih mempertahankan fase bullish-nya. Menurut data real time Coinmarketcap, Minggu (8/6) pukul 17.38 WIB, BTC berada di level US$ 105.259 per koin, menguat 0,12% secara harian dan 1,29% secara mingguan.

Level itu cenderung positif, mengingat sentimen positif di pasar kripto yang menurut Analis Reku Fahmi Almuttaqin relatif minim saat ini. Fahmi menyebut kekhawatiran investor terhadap potensi kenaikan inflasi akibat kebijakan tarif AS masih membayangi.

“Secara umum, baik saham AS maupun kripto masih cenderung wait and see, juga menanti kejelasan data ekonomi dan perkembangan terkait arah kebijakan suku bunga The Fed,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (8/6). 

Baca Juga: Harga Bitcoin (BTC) Kembali Melesat, Bakal Berlanjut?

Fahmi menilai pergerakan pasar kripto cenderung stagnan dalam sepekan lalu. Volatilitas di pasar kripto, khususnya pada aset-aset dengan kapitalisasi pasar terbesar pun, tak terlalu tinggi.

Salah satu penyebabnya adalah aksi profit taking Bitcoin setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada 23 Mei lalu. Namun, Fahmi menilai efek ini juga sudah mulai mereda. Itu terlihat dari aliran dana masuk neto ETF Bitcoin spot sebesar US$ 87 juta pada 4 Juni lalu, pasca unggahan Presiden AS Donald Trump di media sosialnya yang bernada negatif terkait Presiden China Xi Jinping.

“Meskipun angka tersebut tidak terlalu signifikan, namun masih adanya aliran dana masuk ke ETF Bitcoin di tengah situasi yang ada mengindikasikan kepercayaan diri investor AS yang cukup tinggi terhadap proyeksi Bitcoin ke depan,” kata Fahmi.

Selain itu, Fahmi juga menyoroti data on-chain seperti MVRV Z-Score yang mengindikasi potensi kenaikan lanjutan Bitcoin masih terbuka lebar.

Ia menjelaskan, apabila kenaikan tidak terjadi secara langsung dalam beberapa pekan ke depan, siklus pasar mungkin akan menghadapi situasi yang mirip dengan yang pernah terjadi pada pertengahan tahun 2019, yakni ketika reli utama pada fase bullish dalam siklus tersebut baru mulai terjadi sekitar satu tahun setelahnya. 

Namun, ia menilai masih kecil sekali kemungkinan situasi yang ada saat ini mengindikasikan awal dari fase bearish. 

“Apabila reli tidak berlanjut dalam waktu dekat dan pasar memasuki zona sideways, maka tren bullish yang ada saat ini berpotensi dapat berlangsung lebih lama dan memberikan waktu lebih banyak bagi investor untuk memanfaatkannya,” pungkas Fahmi.

Baca Juga: Valas Asia Kompak Melemah Seiring Pemulihan Dolar AS, Begini Proyeksinya Senin (9/6)

Selanjutnya: PT GAG Nikel dan 12 Perusahaan Tambang Dapat Izin Khusus Beroperasi di Raja Ampat

Menarik Dibaca: Promo Es Krim Alfamart Periode 1-15 Juni 2025, Es Krim Oreo Beli 2 Gratis 1

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×