Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Kembangkan Material Sel Surya Ramah Lingkungan Bebas Timbal

Kompas.com - 06/03/2025, 14:23 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan perovskite anorganik bebas timbal untuk memproduksi sel surya ramah lingkungan.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Elektronika BRIN, Wilman Septina, mengungkapkan perovskite umumnya digunakan sebagai lapisan penyerap cahaya.

Kendati efektivitasnya tinggi, stabilitas material ini dinilai rendah dan mengandung timbal di dalamnya.

“Oleh karena itu, kami berupaya menggantikan timbal dengan unsur lain, seperti timah, antimoni, atau bismuth yang lebih ramah lingkungan,” ujar Wilman dalam keterangan tertulis, Kamis (6/3/2025).

Para peneliti, lanjut dia, mengembangkan perangkat hybrid fotovoltaik fotoelektrokimia guna meningkatkan efisiensi konversi energi surya menjadi hidrogen.

Mereka juga tengah membuat material sel surya mini transparan yang bisa digunakan dalam aplikasi perangkat hybrid tersebut.

Wilman menjelaskan, material semi transparan memungkinkan penetrasi cahaya ke lapisan foto elektroda di bawahnya.

"Sehingga perangkat dapat secara simultan mengonversi energi matahari menjadi listrik melalui lapisan fotovoltaik dan memanfaatkannya untuk reaksi fotoelektrokimia untuk produksi hidrogen,” tutur dia.

Dalam dua tahun terakhir, peneliti telah memublikasikan risetnya di jurnal internasional serta pengujian berbagai kombinasi material dalam perangkat energi surya. 

Baca juga: Tingkatkan Produktivitas, Ini Inovasi APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

“Kami telah berhasil memfabrikasi perovskite anorganik dengan metode berbasis larutan dan juga evaporasi termal, yang memungkinkan produksi material secara lebih efisien dan scalable,” papar Wilman.

Salah satu terobosan utama dari riset itu ialah penggunaan perangkat tandem antara perovskite anorganik semi transparan, dengan sel surya berbasis silikon atau Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) untuk mengefisiensikan produksi hidrogen.

Selain itu, kata Wilman, metode produksi yang dikembangkan telah dioptimalkan agar sesuai dengan kondisi iklim tropis Indonesia dengan tingkat kelembaban tinggi.

Material Mudah Terdegradasi

Di sisi lain, Wilman menyoroti bahwa material perovskite sangat mudah terdegradasi dengan air sehingga memerlukan pelapisan yang optimal. Penelitian serupa pun masih belum banyak dilakukan di Indonesia.

“Kami berupaya mengatasi kendala ini dengan berkolaborasi bersama mitra riset internasional, seperti Nanyang Technological University (NTU) di Singapura dan Hawaii Natural Energy Institute di Amerika Serikat,” ucap Wilman.

Tim peneliti menargetkan penyelesaian prototipe perangkat hybrid fotovoltaik fotoelektrokimia yang efisien dalam menghasilkan hidrogen. Kemudian, mengembangkan integrasi sistem yang lebih luas untuk aplikasi energi bersih di Indonesia.

“Kami berharap riset ini dapat menjadi langkah nyata dalam mendukung transisi energi berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil,” tutur Wilman.

Baca juga: BRIN Bikin Inovasi Baru, Kemasan Saset yang Bisa Didaur Ulang

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau