JAKARTA, KOMPAS.com - Pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah besar di Indonesia bagian timur. Akses sekolah yang terbatas, kualitas pengajar yang belum merata, hingga infrastruktur yang jauh tertinggal membuat banyak anak di wilayah ini harus berjuang ekstra untuk mengejar cita-cita.
Namun, di tengah berbagai keterbatasan itu, muncul secercah harapan: bimbingan belajar (bimbel).
Bagi sebagian orang, bimbel mungkin hanya pelengkap. Tapi di Papua, Sulawesi, dan kawasan timur lainnya, bimbel bisa menjadi penyelamat, penyeimbang, bahkan jembatan menuju masa depan.
Baca juga: Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Itulah yang diyakini Junianto Sesa, pendiri Pioneer Class, bimbel berbasis di Makassar yang sudah tujuh tahun terakhir mendampingi lebih dari 2.500 siswa dari kawasan timur Indonesia.
“Banyak orang berpikir masuk sekolah kedinasan itu harus punya uang banyak. Saya mau buktikan kalau dengan belajar sungguh-sungguh, anak-anak Papua dan Sulawesi juga bisa,” kata Junianto.
Junianto merupakan pemuda yang berasal dari pedalaman Nabire, Papua Tengah. Ia lahir dan besar di daerah yang akses transportasinya terbatas, listrik hanya menyala beberapa jam, dan sekolah berkualitas masih jauh dari jangkauan.
“Pesawat seminggu bisa hanya satu-dua kali. Jalan darat sering terputus karena longsor. Sekolah dan guru juga masih terbatas. Saya merasakan betul tertinggal dari teman-teman lain,” kenangnya sebagaimana dikutip Minggu (23/8/2025).
Saat SMP, ia harus berpisah dari orang tua untuk melanjutkan SMA di pusat kabupaten. Prestasinya yang semula pas-pasan perlahan membaik setelah ia ikut bimbel. Dari yang awalnya selalu di peringkat bawah, Junianto berhasil naik ke peringkat dua.
Orang tuanya, terutama sang ayah, tak henti mendorongnya melanjutkan pendidikan tinggi. Dengan segala keterbatasan, Junianto akhirnya menempuh kuliah di Universitas Hasanuddin, Makassar, jurusan Matematika.
Baca juga: Bukan Makan Siang Bergizi Gratis, Papua Lebih Butuh Akses Pendidikan
Namun hidup sebagai mahasiswa perantauan tidak mudah. Rumah orang tuanya di Nabire sempat terbakar, biaya hidup pas-pasan, hingga sakit yang ia sembunyikan agar tidak menambah beban keluarga. “Saya harus pintar-pintar bertahan,” ujarnya.
Sambil kuliah, Junianto mulai mengajar di bimbel. Baginya, mengajar bukan hanya soal mencari penghasilan tambahan, tapi juga cara untuk terus belajar.
Usai lulus, ia sempat kembali ke Papua menjadi guru honorer dengan bayaran Rp 10.000–12.500 per jam.
Namun ia sadar, profesi itu belum bisa menopang hidup. Di sisi lain, ia enggan meninggalkan dunia pendidikan. Berbekal tekad, pada 2018 ia membuka bimbel di Manokwari, Papua Barat, lalu mengembangkan Pioneer Class di Makassar.
Awalnya tidak mudah. Ia mengajar dari rumah ke rumah tanpa kurikulum tetap. Hingga suatu ketika, Akademi Kepolisian membuka pendaftaran.
Junianto meramu metode pembelajaran sendiri. Hasilnya, salah satu siswanya meraih nilai tertinggi usai menjalani tes penerimaan. Sejak saat itulah, nama Pioneer Class makin dikenal.
“Kualitas bimbel bukan ditentukan promosi, tapi hasil nyata. Kalau ada siswa yang berhasil, orang tua dan lingkungan pasti menyebarkan kabar baik itu,” tutur Junianto.
Perjalanan Junianto juga tak lepas dari beasiswa Tanoto Foundation yang membantunya menempuh kuliah hingga meraih gelar master di Unhas. sembari terus membesarkan Pioneer Class di Makassar.
Baca juga: Tanoto-Gates Kerja Sama untuk Kesehatan dan Pendidikan di Asia
Menurutnya, anak-anak Indonesia timur, khususnya Papua, memiliki potensi besar. Hanya saja, mereka butuh lebih banyak kesempatan. “Saya ingin adik-adik di Papua bisa merasakan apa yang anak-anak di kota besar rasakan: kesempatan belajar dan meraih mimpi,” ucapnya.
Pesannya sederhana: jangan takut keluar dari zona nyaman. “Anak-anak Papua tidak kalah. Beranilah mengejar pendidikan tinggi. Dunia itu luas,” tegasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya