KOMPAS.com - Penelitian menunjukkan bahwa burung-burung di perkotaan terjaga jauh lebih lama dibandingkan burung-burung di pedesaan. Hal ini menyoroti dampak polusi cahaya terhadap satwa liar.
Dalam studinya, peneliti menggunakan rekaman burung yang dikirim melalui situs web identifikasi dan pemetaan spesies.
Secara keseluruhan, para ilmuwan menganalisis 2,6 juta observasi suara burung saat mulai berkicau di pagi hari dan 1,8 juta observasi suara burung saat berhenti berkicau di malam hari, dari ratusan spesies. Data ini kemudian digabungkan dengan pengukuran polusi cahaya dari citra satelit global.
Penelitian ini kemudian menemukan bahwa polusi cahaya menyebabkan burung berkicau rata-rata 50 menit lebih lama per hari.
Beberapa jenis burung bahkan memulai aktivitasnya satu jam lebih awal dan baru beristirahat satu jam lebih lambat.
Baca juga: Panas Ekstrem Membunuh Burung Tropis, Bikin Populasinya Anjlok
"Kami kaget dengan apa yang kami temukan," ujar Dr Brent Pease, asisten profesor konservasi keanekaragaman hayati di Southern Illinois University Carbondale dikutip dari Guardian, Kamis (21/8/2025).
"Di bawah langit malam yang sangat terang, waktu beraktivitas harian seekor burung bertambah hingga hampir satu jam," paparnya.
Data menunjukkan bahwa polusi cahaya kini memengaruhi 23% permukaan Bumi dan meluas serta meningkat intensitasnya dengan cepat.
Sudah ada bukti yang menunjukkan dampak buruk pada kesehatan manusia dan kekhawatiran bahwa banyak spesies terkena dampaknya. Konsekuensi negatifnya termasuk kematian massal serangga dan terganggunya pola migrasi pada kelelawar dan penyu laut.
“Kita dapat mulai mempelajari pada skala yang belum pernah dilakukan sebelumnya bagaimana burung merespons perilaku terhadap pengaruh manusia,” terang Pease.
Analisis menemukan bahwa, untuk burung di area yang terkena polusi cahaya, waktu aktif harian mereka bertambah rata-rata 50 menit.
Spesies burung yang memiliki mata besar, relatif terhadap ukuran tubuhnya, menunjukkan respons paling kuat terhadap cahaya buatan.
Baca juga: 568 Sarang Diteliti dan Terkuaklah, Banyak Anak Burung Mati Tercekik Plastik
Sementara spesies bermata kecil seperti burung pipit tidak menunjukkan respons sebanyak itu.
Dampak hari yang lebih panjang sendiri bagi burung belum jelas.
"Kita tahu bahwa kurang tidur tidak baik bagi manusia, tetapi burung berbeda. Mereka telah mengembangkan strategi yang menarik untuk mengatasi kurang tidur selama periode migrasi," kata Pease.
Kendati demikian gangguan terhadap pola perilaku alami adalah hal yang mengkhawatirkan.
Meskipun demikian, ada juga bukti pada beberapa spesies bahwa pencahayaan buatan dapat meningkatkan waktu mencari makan dan kawin serta meningkatkan tingkat kelangsungan hidup anak burung yang baru belajar terbang.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya