Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri LH Sentil Bali-Jakarta: Hutan Gundul, Sampah Menumpuk, Banjir Datang

Kompas.com - 19/09/2025, 07:58 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Minimnya tutupan hutan di daerah aliran sungai (DAS) Ayung disebut menjadi faktor utama penyebab banjir bandang di Bali.

Berdasarkan data Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, dari total 49.500 hektare luas kawasan DAS Ayung, hanya sekitar 1.500 hektare yang masih berupa hutan atau tiga persen saja. Ironisnya, hutan yang tersisa di Denpasar, Badung, dan Gianyar telah difungsikan sebagai kawasan pariwisata.

"Penduduknya tidak banyak, tetapi turis yang banyak banget, sehingga begitu terjadi bencana hidrometeorologi karena climate change (perubahan iklim) yang kita alami terus tadi, maka terjadi bencana banjir yang luar biasa," ujar Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, dalam sebuah acara di Jakarta, Kamis (18/9/2025).

Hanif juga mengungkapkan laporan terbaru dari Gubernur Bali I Wayan Koster yang menyebutkan korban meninggal akibat banjir bandang kembali bertambah empat orang. Dengan demikian, total korban jiwa mencapai 21 orang.

Baca juga: BRIN Sebut 5 Faktor Gabungan Sebabkan Hujan Ekstrem hingga Banjir di Bali

Selain minimnya tutupan hutan, banjir bandang di Bali juga diperparah oleh timbunan sampah yang menyumbat saluran drainase dan aliran sungai.

"(Hanif juga mengklaim) Gubernur Wayan Koster juga demikian, tetapi ternyata tidak bisa diikuti masyarakat dengan serius. Masyarakat membuang ke sungai, membuang ke lingkungan, siapa yang tahu, siapa yang merusak? Hanya alam yang kemudian mengkalibrasinya dengan korban sampai 21 orang tadi," ujarnya.

Banjir di Jakarta

Hanif menegaskan, persoalan serupa juga mengancam Jakarta. Kota ini dinilai rentan terhadap banjir karena kondisi hulu yang rusak akibat deforestasi dan alih fungsi lahan.

"Hampir setiap hujan, sedikit saja, maka Jakarta akan banjir," ucapnya.

Ia mengkritik pembangunan vila-vila megah di kawasan Puncak, Bogor, yang memperparah aliran air ke Jakarta.

"Pintarnya, mereka berlomba-lomba membikin biopori di Jakarta, kok enggak mikirin kenapa enggak di hulunya itu yang masih banyak pembangunan vila-vila megah, yang membangun bukan orang Bogor, tetapi orang Jakarta sendiri. Dia membeli tali untuk menggantung layarnya sendiri. Cukuplah sudah pembangunan vila-vila di Puncak itu," tutur Hanif.

Menurutnya, kondisi ini membuat Sungai Ciliwung meluap hanya dalam hitungan menit meski curah hujan tidak terlalu tinggi.

Baca juga: BRIN Sebut 5 Faktor Gabungan Sebabkan Hujan Ekstrem hingga Banjir di Bali

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau