KOMPAS.com – Minimnya tutupan hutan di daerah aliran sungai (DAS) Ayung disebut menjadi faktor utama penyebab banjir bandang di Bali.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, dari total 49.500 hektare luas kawasan DAS Ayung, hanya sekitar 1.500 hektare yang masih berupa hutan atau tiga persen saja. Ironisnya, hutan yang tersisa di Denpasar, Badung, dan Gianyar telah difungsikan sebagai kawasan pariwisata.
"Penduduknya tidak banyak, tetapi turis yang banyak banget, sehingga begitu terjadi bencana hidrometeorologi karena climate change (perubahan iklim) yang kita alami terus tadi, maka terjadi bencana banjir yang luar biasa," ujar Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, dalam sebuah acara di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Hanif juga mengungkapkan laporan terbaru dari Gubernur Bali I Wayan Koster yang menyebutkan korban meninggal akibat banjir bandang kembali bertambah empat orang. Dengan demikian, total korban jiwa mencapai 21 orang.
Baca juga: BRIN Sebut 5 Faktor Gabungan Sebabkan Hujan Ekstrem hingga Banjir di Bali
Selain minimnya tutupan hutan, banjir bandang di Bali juga diperparah oleh timbunan sampah yang menyumbat saluran drainase dan aliran sungai.
"(Hanif juga mengklaim) Gubernur Wayan Koster juga demikian, tetapi ternyata tidak bisa diikuti masyarakat dengan serius. Masyarakat membuang ke sungai, membuang ke lingkungan, siapa yang tahu, siapa yang merusak? Hanya alam yang kemudian mengkalibrasinya dengan korban sampai 21 orang tadi," ujarnya.
Hanif menegaskan, persoalan serupa juga mengancam Jakarta. Kota ini dinilai rentan terhadap banjir karena kondisi hulu yang rusak akibat deforestasi dan alih fungsi lahan.
"Hampir setiap hujan, sedikit saja, maka Jakarta akan banjir," ucapnya.
Ia mengkritik pembangunan vila-vila megah di kawasan Puncak, Bogor, yang memperparah aliran air ke Jakarta.
"Pintarnya, mereka berlomba-lomba membikin biopori di Jakarta, kok enggak mikirin kenapa enggak di hulunya itu yang masih banyak pembangunan vila-vila megah, yang membangun bukan orang Bogor, tetapi orang Jakarta sendiri. Dia membeli tali untuk menggantung layarnya sendiri. Cukuplah sudah pembangunan vila-vila di Puncak itu," tutur Hanif.
Menurutnya, kondisi ini membuat Sungai Ciliwung meluap hanya dalam hitungan menit meski curah hujan tidak terlalu tinggi.
Baca juga: BRIN Sebut 5 Faktor Gabungan Sebabkan Hujan Ekstrem hingga Banjir di Bali
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya