KOMPAS.com - Kanker payudara menjadi kanker paling umum di kalangan wanita di Indonesia, dengan lebih dari 70.000 diagnosis baru setiap tahun. Namun, tingkat kesembuhan dapat meningkat drastis jika penyakit ini terdeteksi dini.
Dokter spesialis hematologi dan onkologi medik MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Jeffrey Beta Tenggara, menjelaskan bahwa semakin dini kanker payudara ditemukan, semakin sederhana proses terapi yang harus dijalani pasien.
"Kalau kita temukan dalam stadium awal, mengobatinya jauh lebih gampang dibandingkan kalau stadium lanjut. Di stadium awal, pengobatan bisa selesai dalam waktu satu tahun," kata dr.Jeffrey dalam acara talkshow peluncuran Mammomat B.brilliant di MRCCC Siloam Hospital Semanggi di Jakarta (30/9/2025).
Salah satu penyintas kanker payudara Fia Bunofa, membagikan pengalamannya mengobati kanker payudara yang ia temukan di stadium 2 grade 3.
"Saya didiagnosis kanker payudara di tahun 2019, waktu itu saya merasakan ada keluhan benjolan di payudara. Lalu saya langsung melakukan medical check up, mulai dari pemeriksaan USG, rontgen, biopsi, dan mamografi," tutur Fia di acara yang sama.
Perempuan yang berprofesi sebagai pewara (MC) ini mengaku beruntung karena setelah didiagnosis kanker payudara di bulan September 2019, ia langsung melakukan pengobatan sebulan kemudian.
"Menurut saya early detection ini sangat penting, dokter saya juga mengatakan deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa," ujarnya.
Selain tingkat kesembuhan yang lebih rendah, pengobatan kanker di stadium lanjut juga memiliki biaya yang lebih tinggi.
Studi berbasis biaya per kasus di Kanada tahun 2023 menunjukkan, rata-rata biaya pengobatan untuk kanker payudara di stadium 4 hampir 10 kali lipat dibandingkan pengobatan kanker stadium 1.
Pentingnya pemeriksaan mammografi
Menurut protokol internasional, mammografi adalah prosedur skrining berbasis populasi yang direkomendasikan untuk mendeteksi dini kanker payudara.
Mammografi bertujuan untuk mendeteksi kelainan seperti mikrokalsifikasi dan tumor pada tahap awal, sehingga prognosis dan harapan hidup pasien dapat meningkat.
Dijelaskan oleh Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr.Nina I.S.H Supit Sp.Rad(K), mammografi saat ini masih menjadi standar emas deteksi dini kanker payudara.
“Akurasi mammografi bisa mencapai 98 persen. Ada kelainan halus seperti mikrokalsifikasi yang tidak bisa terlihat dengan USG atau MRI, tapi bisa sangat jelas pada mammogram,” katanya.
Selain itu, tidak semua kanker payudara memiliki gejala berupa benjolan. Oleh karena itu pemeriksaan rutin dengan mammografi sangat penting.
Ia menambahkan, mammografi disarankan dilakukan rutin pada perempuan berusia 40 tahun ke atas.
"Bisa dilakukan setiap satu atau dua tahun. Tapi perempuan yang memiliki faktor risiko tinggi, misalnya ada riwayat kanker dalam keluarga, bisa melakukan mammografi sejak usia 35 tahun. Sebab, kalau ada faktor risiko, kanker justru muncul di usia muda," kata dr.Nina.
Menurut data Kementrian Kesehatan, jumlah perempuan di Indonesia yang melakukan skrining kanker payudara masih kurang dari 30 persen.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/01/153100020/menemukan-kanker-payudara-di-stadium-dini-jadi-kunci-kesembuhan