JAKARTA, KOMPAS.com – Kejang pada anak kerap menjadi momen yang menakutkan bagi orangtua. Namun, kondisi ini ternyata bisa berkaitan dengan faktor genetik.
Menurut Dokter Spesialis Anak dr. Rizky Amrullah Nasution, Sp.A, sebagian besar kasus kejang, terutama kejang demam pada anak, dapat diturunkan dari orangtua.
Hubungan kejang pada anak dengan genetik
Kejang demam pada anak bisa diturunkan
Dr. Rizky menjelaskan, sekitar 80 persen anak yang mengalami kejang demam memiliki riwayat serupa pada salah satu atau kedua orangtuanya.
“Betul, terutama kalau pada anak lebih seringnya kejang demam. Kondisi ini hampir 80 persen dari kedua orangtua atau salah satu dari orangtuanya punya riwayat kejang,” jelas dr. Rizky dalam acara Health Talk Pediatric Emergency di Brawijaya Hospital Taman Mini, Jakarta Timur, Selasa (28/10/2025).
Ia menambahkan, faktor keturunan memiliki peran cukup besar dalam munculnya kejang pada anak.
Meski begitu, bukan berarti anak pasti mengalami kejang hanya karena orangtuanya pernah mengalaminya. Faktor lingkungan, daya tahan tubuh, serta kondisi kesehatan umum anak juga berperan dalam memicu timbulnya kejang.
Menurutnya, kejang demam menjadi bentuk paling umum dari kejang yang muncul akibat peningkatan suhu tubuh yang signifikan.
Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun, meski tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia lebih besar.
Dr. Rizky menjelaskan, kejang tidak hanya dialami oleh bayi atau balita. Dalam praktiknya, kondisi ini bisa terjadi di berbagai rentang usia anak.
“Kejang ini juga bisa terjadi di segala usia, mulai dari bayi baru lahir sampai remaja usia 18 tahun juga bisa mengalami kejang di rumah,” ujarnya.
Kejang adalah reaksi tubuh akibat aktivitas listrik berlebihan di otak. Saat hal itu terjadi, otot-otot tubuh dapat berkontraksi tanpa kendali sehingga menimbulkan gerakan yang tidak teratur.
“Kejang terjadi ketika impuls listrik dari otak menuju ke syaraf itu berlebihan sehingga gerakan tubuh menjadi tidak terkontrol. Jenisnya pun beragam, ada kejang yang terjadi di kedua sisi tubuh, hanya satu sisi tubuh, bahkan ada yang kaku,” jelasnya.
Dr. Rizky mengimbau, penting bagi orangtua untuk memahami bahwa tidak semua kejang terlihat sama.
Ada anak yang hanya mengalami kekakuan sesaat, ada pula yang mengalami gerakan tubuh berulang tanpa sadar.
Meski riwayat kejang bisa diturunkan secara genetik, dr. Rizky menekankan, kondisi tersebut masih bisa diantisipasi agar tidak berkembang menjadi lebih berat.
“Riwayat kejang tersebut bisa diturunkan ke anak secara genetik, tapi kondisi ini bisa dihindari agar kondisi kejangnya tidak semakin parah,” terangnya.
Salah satu langkah pencegahan paling penting adalah mengontrol suhu tubuh anak ketika mengalami demam.
Anak dengan riwayat keluarga kejang demam memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi serupa bila suhu tubuhnya meningkat tajam.
“Orangtua yang punya riwayat kejang ketika kecil harus waspada, karena sangat mungkin anaknya mengalami kejang ketika demam. Pastikan suhu demam anak tidak terlalu tinggi,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya penanganan cepat ketika anak mulai menunjukkan tanda-tanda demam.
“Ketika mulai terdeteksi demam dengan suhu tubuh sekitar 37,5, orangtua harus langsung kasih obat penurunan panas,” katanya.
Orangtua harus waspada
Lebih lanjut, ia mengingatkan, kewaspadaan orangtua menjadi kunci utama dalam mencegah kejang demam pada anak.
Selain memberikan obat penurun panas sejak dini, anak juga perlu dijaga agar tidak kekurangan cairan dan tetap dalam kondisi nyaman.
Apabila anak pernah mengalami kejang sebelumnya, disarankan agar orangtua selalu menyiapkan obat penurun panas di rumah dan segera berkonsultasi ke dokter bila demam tidak kunjung turun.
Kejang pada anak yang berlangsung lebih dari tiga menit atau terjadi berulang kali perlu segera mendapatkan penanganan medis di fasilitas kesehatan terdekat untuk mencegah komplikasi.
Dengan pemahaman yang tepat, orangtua bisa membantu mengurangi risiko kejang berulang serta menjaga tumbuh kembang anak tetap optimal.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/28/200500220/kejang-pada-anak-bisa-disebabkan-faktor-genetik-ini-penjelasan-dokter