Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Orangtua sering kali merasa frustasi ketika anak mereka tidak mau mendengarkan. Perintah sederhana seperti "tolong jangan teriak" justru bisa memicu perlawanan.
Menurut Reem Raouda, pakar parenting, kuncinya bukan pada seberapa keras kita bicara, melainkan bagaimana kita membangun koneksi dengan anak.
"Saya telah mempelajari lebih dari 200 hubungan orangtua dan anak. Saya juga seorang ibu, dan saya belajar bahwa anak-anak mendengarkan lebih baik ketika mereka merasa terhubung," kata Reem, dilansir dari CNBC Make It, Senin (1/9/2025).
Baca juga: Bisakah Orangtua dengan Parenting VOC Berubah? Ini Kata Psikolog
Ia menekankan, faktor terpenting adalah rasa aman secara emosional. Anak butuh tahu bahwa mereka dihormati dan boleh mengekspresikan perasaan tanpa takut dimarahi.
Untuk membantu orangtua menciptakan kondisi itu, Reem membagikan enam "kalimat ajaib" yang terbukti bisa menenangkan anak sekaligus membuka ruang kerja sama.
Kalimat sederhana ini bisa membuat anak merasa dipercaya, terutama saat mereka melakukan kesalahan kecil.
Baca juga: 5 Bekal Dasar Parenting Masa Kini, Termasuk Siap Kompromi
Jika orangtua langsung ragu atau menuduh, anak biasanya akan memasang tameng dan sulit diajak bicara. Sebaliknya, ketika orangtua memberi keyakinan, anak merasa aman.
Contoh, ketika anak tidak sengaja menumpahkan jus. Alih-alih berkata "Ah, kenapa kamu harus menumpahkannya?", cobalah ucapkan, "Mama percaya kamu tidak sengaja melakukannya. Yuk kita bersihkan bareng."
Hasilnya, masalah selesai tanpa ada pertengkaran.
Banyak konflik muncul karena orangtua hanya memberi perintah. Padahal, ketika anak diajak ikut mencari solusi, mereka lebih mudah menerima hasilnya.
Misalnya, anak menolak membereskan mainan. Cobalah katakan, "Papa lihat adik belum mau membereskan mainan. Gimana kalau kita lakukan bersama? Menurutmu langkah pertama apa?"
Baca juga: Awas, Gaya Parenting VOC Bisa Berdampak Buruk pada Mental Anak
Dengan begitu, anak tetap belajar tanggung jawab, tapi tidak terasa seperti paksaan.
Saat anak tantrum atau kecewa, logika anak biasanya mati karena tubuh masuk ke mode fight-or-flight. Pada kondisi itu, mereka butuh dukungan emosional, bukan ceramah.
Contohnya, ketika mainan anak jatuh lalu anak mengamuk. Daripada mengomel seperti "Masa gitu aja nangis," lebih baik ucapkan seperti, "Enggak apa-apa kalau sedih dan mau menangis. Mama ada di sini ya."
Biarkan emosi anak mereda dulu, barulah ia siap diajak bicara lagi.