Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Aksi demo berkepanjangan yang berlangsung sejak 25 Agustus 2025 di Indonesia marak diberitakan oleh banyak media, baik televisi, radio, dan daring.
Ditambah lagi, pemberitaan bukan sekadar aspirasi yang disampaikan oleh para pengunjuk rasa dan unsur-unsur humanis seperti gotong royong antara warga dan perjuangan para tukang kopi keliling mencari nafkah di tengah aksi demo.
Apa yang diberitakan juga mencakup aksi anarkisme yang dilakukan oleh provokator, seperti pembakaran dan penjarahan rumah anggota DPR, dan kekerasan oknum aparat.
Baca juga: Kondisi Indonesia Saat Ini Bikin Cemas? Lakukan Teknik 54321
Sebagai orangtua, tidak mungkin untuk mengawasi anak 24 jam guna memastikan mereka tidak terpapar konten-konten pemberitaan tersebut.
Lantas, bagaimana jika anak terlanjur terdampak? Bagaimana dampaknya terhadap psikologis anak?
Psikolog klinis anak dan remaja dari Layanan Psikologi JEDA di Bandar Lampung, Nanda Erfani Saputri, M.Psi. mengatakan, anak bisa merasa takut seperti orang dewasa saat terpapar konten-konten seperti itu.
“Ada takutnya, cemasnya, merasa enggak aman, dan khawatir dengan apa yang terjadi ke depannya. Kondisi ini sangat mungkin dialami anak karena paparan informasi langsung maupun secara enggak langsung,” tutur dia saat dihubungi pada Senin (2/9/2025).
Dampak secara tidak langsung ini bisa terjadi karena psikologis orangtua juga terdampak konten tersebut, sehingga anak turut cemas dan khawatir.
Bisa pula karena mendengar diskusi orangtua tentang demo, sehingga anak memiliki gambaran tentang apa yang terjadi di luar sana.
“Itu bisa jadi membuat anak juga merasa tidak aman, merasa takut yang cukup intens. Cuma nanti perilaku yang keluar jadi macam-macam, misalnya takut terpisah sama orangtua, takut kalau ada suara yang keras,” terang Nanda.
Nanda berujar, apa yang bisa dilakukan oleh orangtua agar anak tidak cemas adalah menjelaskan apa yang terjadi. Ini bisa dimulai dari konsep dasar tentang demo itu sendiri.
Baca juga: Kondisi Indonesia Saat Ini Bikin Cemas? Lakukan Teknik 54321
Selanjutnya, pembicaraan bisa meningkat ke apa saja yang terjadi di demo. Dalam menjelaskan tentang demo, ayah dan ibu tentunya perlu mempertimbangkan kemampuan berpikir anak.
Artinya, anak yang masih kecil atau dalam rentang usia 0-12 tahun, sebaiknya tidak perlu dijelaskan secara merinci.
“Orangtua bisa jelaskan dari hal yang paling dasar saja, misalnya demo itu ketika orang-orang berkumpul menyampaikan pendapatnya. Supaya omongannya didengar, mereka perlu sampaikan di forum,” kata Nanda.
Psikolog anak di Mykidz Clinic, Gloria Siagian M.Psi., menambahkan, aksi anarkisme yang dilihat anak pun tidak perlu dijelaskan secara rinci.