KOMPAS.com – Setiap orang ingin melihat keluarganya hidup bahagia. Banyak orang mengira kunci kebahagiaan adalah hidup bergelimpang harta, seperti rumah besar, mobil mewah, atau berlibur ke luar negeri. Namun, kenyataannya tidak demikian. Ada pula keluarga kaya, tetapi kurang bahagia.
Terdapat hal-hal lain yang juga turut berperan dalam menjaga keharmonisan dalam keluarga. Dikutip dari penelitian berjudul “Family Happiness Among People in a Southeast Asian City: Grounded Theory Study” yang dimuat dalam jurnal Nurs Health Sci, Rabu (19/2/2020), terdapat tiga faktor yang menyebabkan keluarga bahagia.
Pertama, kedekatan anggota keluarga. Keluarga dengan koneksi yang dekat satu sama lain cenderung melakukan diskusi di rumah dan menghindari konflik.
Kedekatan ini bisa dibentuk lewat aktivitas bersama, seperti makan malam dan berwisata, serta menjaga komunikasi yang baik di antara anggota keluarga.
Kedua, peduli satu sama lain di dalam keluarga. Kepedulian ini ditunjukkan dengan kehadiran anggota keluarga ketika salah satu di antaranya sedang mengalami stres atau masalah.
Ketiga, keamanan finansial. Kondisi finansial dapat dikatakan aman bila terdapat keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan serta memiliki perencanaan untuk masa depan.
Setali tiga uang, di Indonesia, tingkat kualitas keluarga juga diukur lewat tiga faktor, yakni kedekatan, kemandirian, dan ketenteraman.
Kedekatan dilihat dari interaksi antaranggota keluarga tiap hari, pengasuhan anak bersama, dan rekreasi bersama.
Selanjutnya, kemandirian diukur dari kepemilikan sumber penghasilan, makanan yang beragam, rumah yang layak, kepemilikan tabungan, anak yang tidak putus sekolah, serta akses internet.
Kemudian, salah satu hal yang dapat menambah ketenteraman dalam keluarga adalah dengan memiliki jaminan kesehatan. Jaminan ini dapat memberikan rasa aman dan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga dari beban biaya pengobatan.
Hal tersebut senada dengan hasil Indeks Pembangunan Keluarga 2023. Indeks tersebut meliputi tiga indikator utama, yakni ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan.
Dari ketiga faktor tersebut, skor ketenteraman dan kemandirian masih tergolong rendah, yakni masing-masing 59,79 persen dan 52,49 persen. Sementara, skor kebahagiaan atau kedekatan antar-anggota keluarga sudah tergolong tinggi, yakni 71,86 persen.
Proteksi sering kali dipahami sempit sebagai urusan asuransi atau investasi. Padahal, proteksi memiliki cakupan yang jauh lebih luas. Beberapa di antaranya adalah menjaga kesehatan, membangun komunikasi terbuka, hingga memastikan keluarga terlindungi dari risiko tak terduga.
Pertama, proteksi emosional. Kebahagiaan keluarga tidak akan tercapai tanpa komunikasi sehat. Mendengarkan pasangan, memberi ruang anak untuk berpendapat, dan saling menghargai adalah bentuk proteksi emosional yang menciptakan rasa aman.
Kedua, proteksi kesehatan. Gaya hidup sehat adalah investasi jangka panjang. Olahraga bersama, pola makan seimbang, dan cek kesehatan rutin adalah langkah sederhana untuk memastikan keluarga bisa menikmati kebersamaan lebih lama.
Ketiga, proteksi finansial. Risiko kehidupan tidak bisa ditebak. Sakit, kecelakaan, atau kehilangan pekerjaan bisa mengguncang stabilitas keluarga. Di sinilah, peran penting perencanaan keuangan dan perlindungan, seperti tabungan darurat atau asuransi.
Dengan proteksi finansial, keluarga tetap bisa melanjutkan hidup tanpa rasa khawatir berlebihan.
Untuk asuransi, pilihan produk dengan perlindungan menyeluruh dapat menjadi pertimbangan. Salah satu yang dapat menjadi opsi adalah FWD Asuransi Jiwa dan Penyakit Kritis Plus.
Lebih dari sekadar proteksi, asuransi ini dapat menjadi hadiah keluarga yang memberi ketenangan, kebahagiaan, dan sekaligus peluang finansial.
Berikut adalah tiga keunggulan utama asuransi tersebut.
Satu polis mencakup pasangan, anak, hingga orangtua. Pihak tertanggung mendapatkan perlindungan tiga penyakit kritis terbesar, yakni kanker, stroke, dan serangan jantung.
Selain tertanggung, keluarga yang tercakup dalam polis juga mendapatkan perlindungan tambahan dari risiko penyakit infeksi, seperti malaria, demam berdarah, dan demam tifoid. Dengan satu polis untuk seluruh keluarga, pengelolaan menjadi lebih sederhana dan efisien.
Jika tidak ada klaim hingga akhir masa asuransi, premi dikembalikan bahkan lebih dari 100 persen* (*sesuai ketentuan berlaku). Dana tambahan ini bisa dimanfaatkan untuk pendidikan anak, modal usaha, renovasi, atau liburan keluarga sehingga premi berfungsi ganda sebagai proteksi dan tambahan tabungan.
Pendaftaran asuransi dapat dilakukan secara online tanpa pemeriksaan kesehatan (no medical check-up). Kemudahan ini memungkinkan Anda dan keluarga segera mendapatkan perlindungan tanpa proses yang berbelit.
Produk FWD Asuransi Jiwa dan Penyakit Kritis Plus berlaku delapan tahun dengan masa pembayaran premi lima tahun, uang pertanggungan mulai Rp 25 juta hingga Rp 484 juta sesuai plan yang dipilih, dan premi mulai Rp 150.000 per bulan.
Syaratnya kepemilikannya pun mudah, yakni WNI berusia 18-55 tahun dengan kartu tanda penduduk (KTP).
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai FWD Asuransi Jiwa dan Penyakit Kritis Plus, Anda dapat mengeklik tautan ini.