Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Kesehatan Mental Gen Z Kunci Masa Depan Kita (Bagian I)

Kompas.com - 03/10/2025, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menumpuk stres bisa menjadi kebiasaan yang bikin gemuk dengan menyebabkan peningkatan kadar kortisol secara kronis, sehingga menyebabkan masalah tidur dan kekebalan tubuh, kelainan gula darah, hingga penambahan berat badan.SHUTTERSTOCK Menumpuk stres bisa menjadi kebiasaan yang bikin gemuk dengan menyebabkan peningkatan kadar kortisol secara kronis, sehingga menyebabkan masalah tidur dan kekebalan tubuh, kelainan gula darah, hingga penambahan berat badan.
SIAPA yang mau hidup dengan bayang-bayang kecemasan yang tak kunjung reda, dengan depresi yang membungkam semangat muda, atau dengan rasa putus asa yang perlahan mencuri harapan?

Namun, itulah kenyataan yang sedang dihadapi jutaan anak muda kita hari ini.

Generasi Z, yang seharusnya menjadi tumpuan masa depan bangsa, justru banyak yang bertarung dalam senyap melawan luka batin yang tak tampak.

Jika dibiarkan tanpa kepedulian, rapuhnya kesehatan mental mereka akan menggerogoti Indonesia Emas yang kita dambakan.

Dari perkembangan data yang ada sampai hari ini, kesehatan mental generasi Z memang layak mendapat perhatian banyak pihak, baik orangtua, institusi pendidikan, institusi kesehatan, perusahaan, maupun pemerintah secara umum.

Laporan WHO tahun 2023 memperlihatkan bahwa sekitar satu dari tujuh remaja berusia 10–19 tahun hidup dengan gangguan mental, terutama depresi dan kecemasan sebagai masalah yang paling dominan.

Angka ini sejatinya cukup menakutkan kita semua, terutama saya sebagai sosiolog sekaligus orangtua. Pasalnya, dari data tersebut juga dikatakan bahwa bunuh diri tercatat sebagai penyebab kematian terbesar keempat pada kelompok usia 15–29 tahun.

Artinya, data tersebut menegaskan kepada kita semua, baik sebagai orangtua, sebagai pendidik, sebagai pekerja di sektor kesehatan, maupun sebagai penyedia kerja di perusahaan bahwa isu mental bukan lagi masalah sepele, tapi sudah menjadi persoalan global yang bisa sangat berpengaruh kepada masa depan bangsa, bahkan peradaban.

Baca juga: Teater Jalanan di Sumut: Berebut Pajak Kendaraan Bermotor

Di Indonesia, potret serupa juga tidak jauh berbeda. Data Riskesdas 2018, survei nasional yang dilakukan secara berkala oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI (sekarang di bawah Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan), menunjukkan 6,1 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional.

Sementara itu, survei Kemenkes 2022 menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus depresi dan kecemasan, terutama di kalangan remaja dan mahasiswa.

Lebih lanjut, survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 2021 mengungkap hampir satu dari tiga anak muda Indonesia mengalami stres berat terkait urusan akademik, urusan tekanan sosial, dan urusan identitas.

Dengan kata lain, secara hipotetis bisa disimpulkan bahwa saat ini jutaan anak muda Indonesia sedang “berjuang dalam diam” melawan pergulatan batin yang tak kasat mata di dalam ruang hidup yang semakin tidak pasti.

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, memang menjadi kelompok paling rentan.

Bukan saja karena jumlahnya lebih dari 26 persen populasi Indonesia alias generasi mayoritas, tapi juga karena generasi ini sedang berada pada tahap krusial, yakni tahap menapaki usia produktif.

Sebagian besar sudah memasuki dunia kerja, membangun relasi, mencari jati diri, dan sekaligus memikirkan masa depan.

Namun, dari sisi latar belakang, generasi Z juga dibesarkan dalam pusaran krisis global yang tak ada habisnya.

Dunia yang mereka kenal sejak kecil adalah dunia yang penuh ketidakpastian, dari krisis moneter Asia, ancaman terorisme global yang juga sempat melanda Indonesia berkali-kali, krisis finansial global 2008, dampak perubahan iklim, konflik geopolitik, hingga pandemi Covid-19 yang sempat melumpuhkan kehidupan sosial global dan nasional.

Sehingga tidak berlebihan jika Gen Z disebut sebagai “generasi krisis”.

Karena hingga hari ini, generasi Z nyaris tidak pernah benar-benar menikmati era stabil yang menyisakan ruang untuk hadirnya rasa aman secara kolektif.

Baca juga: Ketika Kuasa Tak Lagi Butuh Nilai

Halaman:


Terkini Lainnya
Dian Sastro Soroti Fenomena Ageism, Perempuan Bisa Berkarya Tanpa Batas Usia
Dian Sastro Soroti Fenomena Ageism, Perempuan Bisa Berkarya Tanpa Batas Usia
Beauty & Grooming
Pentingnya Menstimulasi Anak Sesuai Zona Perkembangan Proksimal, Apa Itu?
Pentingnya Menstimulasi Anak Sesuai Zona Perkembangan Proksimal, Apa Itu?
Parenting
Anak CIBI Lebih Nyaman Bergaul dengan Orang Lebih Tua, Ini Alasannya Menurut Psikolog
Anak CIBI Lebih Nyaman Bergaul dengan Orang Lebih Tua, Ini Alasannya Menurut Psikolog
Parenting
Mengapa Hubungan Katy Perry dan Justin Trudeau Diramalkan Langgeng
Mengapa Hubungan Katy Perry dan Justin Trudeau Diramalkan Langgeng
Relationship
Bisakah Orangtua Membentuk Anak Jadi CIBI? Ini Kata Psikolog
Bisakah Orangtua Membentuk Anak Jadi CIBI? Ini Kata Psikolog
Parenting
Nikah dengan Sahabat? Ini Inspirasi Cincin Nikah yang Penuh Makna
Nikah dengan Sahabat? Ini Inspirasi Cincin Nikah yang Penuh Makna
BrandzView
9 Inspirasi Outfit Musim Hujan, Tetap Stylish Meski Cuaca Mendung
9 Inspirasi Outfit Musim Hujan, Tetap Stylish Meski Cuaca Mendung
Fashion
Kompres Air Hangat atau Dingin untuk Anak Sakit? Ini Kata Dokter
Kompres Air Hangat atau Dingin untuk Anak Sakit? Ini Kata Dokter
Parenting
Anak CIBI Rentan Mengalami Stres dan Burnout, Orangtua Harus Apa?
Anak CIBI Rentan Mengalami Stres dan Burnout, Orangtua Harus Apa?
Parenting
Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan? Ini Penjelasan Psikolog
Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan? Ini Penjelasan Psikolog
Parenting
Panduan Makan Anak Diare, Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan?
Panduan Makan Anak Diare, Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan?
Parenting
Rahasia Percaya Diri El Putra dan Leya Princy, Self Care dan Pikiran Terbuka
Rahasia Percaya Diri El Putra dan Leya Princy, Self Care dan Pikiran Terbuka
Wellness
5 Perlengkapan Medis yang Wajib Ada di Rumah Saat Anak Mendadak Sakit
5 Perlengkapan Medis yang Wajib Ada di Rumah Saat Anak Mendadak Sakit
Parenting
Journaling Digital Vs Tulis Tangan, Mana yang Lebih Menenangkan Pikiran?
Journaling Digital Vs Tulis Tangan, Mana yang Lebih Menenangkan Pikiran?
Wellness
5 Zodiak Paling Slow Respon, Kurang Cocok Jadi Kontak Darurat
5 Zodiak Paling Slow Respon, Kurang Cocok Jadi Kontak Darurat
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau