JAKARTA, KOMPAS.com – Jauh sebelum menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Alternatif untuk Anak Jalanan (SAAJA) Setiabudi, Jakarta Selatan, Iin memiliki cita-cita menjadi perawat.
Namun, keterbatasan ekonomi memupuskan mimpinya. Wanita bernama lengkap Christina Induyanti itu mengikuti keputusan orang tuanya yang memilihkan jurusan sekretaris di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Dulu tuh saya sih sebenarnya pengen jadi perawat. Tapi ibu saya nyuruh saya sekolah di Tarakanita, sekretaris. Ya jadi ya sudahlah, buat nyenengin orang tua gitu. Jadi ya sudah sekolah sekretaris itu,” kata Iin saat ditemui di lingkungan SAAJA Setiabudi, Sabtu (9/8/2025).
Setelah lulus sekolah, Iin langsung mencari pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarga.
Baca juga: SAAJA dan Misi Besar Menyelamatkan Masa Depan Anak-anak Indonesia
"Kemudian ya memang karena juga kondisi ekonomi, saya mulai ngelamar-ngelamar kerja sih dari selesai sekolah. Jadi enggak lanjut kuliah,” ujarnya.
Suatu hari, Iin mendapat tawaran pekerjaan dari kerabatnya. Dengan penuh percaya diri, ia datang dengan pakaian rapi untuk wawancara kerja.
Namun, sesampainya di lokasi, tidak ada proses wawancara. Ia justru bersama peserta lain langsung diminta mencari daerah-daerah yang belum tersentuh bantuan pemerintah.
Pengalaman itu menjadi pintu masuk Iin ke dunia sosial. Dari distribusi pangan hingga memperjuangkan hak anak mendapatkan pendidikan, ia mulai memahami arti pekerjaan sosial.
Kegigihan dan kedisiplinannya membuat Iin menjadi orang kepercayaan Farid Fakih, aktivis pendiri SAAJA. Ia kerap diajak Farid dalam berbagai kegiatan sosial, baik di Jakarta maupun Bogor.
Banyak pelajaran yang ia dapat dari Farid. Namun, bekerja di sektor sosial membuatnya merasa kurang cocok jika harus berlama-lama di dunia korporasi.
"Kebetulan saya waktu itu kerja sama orang Cina kan. Otomatis kayak kok enggak bisa eksplor gitu ya, monoton. Tapi ketika saya balik lagi ke sini banyak yang bisa saya improve gitu ya,” ucapnya.
Baca juga: Melihat Anak-anak SAAJA yang Ceria Menari Menyambut Idul Fitri
Akhirnya, Iin kembali ke SAAJA Setiabudi. Meski hanya berdua bersama rekannya, Nunung, ia membangkitkan kembali sekolah yang sempat vakum tersebut.
Berbeda dengan sekolah pertama SAAJA di Jakarta Timur yang fokus pada anak jalanan, SAAJA Setiabudi terbuka juga bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera.
"Jadi kalau di sini kan ada kata alternatifnya. Satu, tempatnya kami tidak berada di tengah-tengah masyarakat. Kedua, tidak hanya untuk anak-anak jalanan, tapi anak-anak dari keluarga prasejahtera juga yang kami dampingi,” tutur Iin.
Meski cita-citanya menjadi perawat tidak tercapai, Iin bersyukur bisa berkontribusi untuk pendidikan anak-anak. Baginya, kebahagiaan datang ketika melihat murid yang awalnya tidak bisa menjadi bisa.