Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kritik Tunjangan Rumah DPR Rp 50 Juta, Dinilai Tak Sensitif dengan Kondisi Rakyat

Kompas.com - 21/08/2025, 15:22 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Abdul Haris Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah warga menilai pemberian tunjangan perumahan sebesar Rp 50 juta per bulan untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI terkesan tidak sensitif dengan kondisi masyarakat saat ini.

Salah satunya Yaomi (27), warga asal Sumedang, Jawa Barat, yang menilai jumlah tunjangan tersebut terlalu berlebihan, apalagi masih ada berbagai rincian tunjangan lain yang juga diterima anggota dewan.

“Di saat banyak rakyat kesulitan dengan kebutuhan sehari-hari dan inflasi tinggi, kebijakan ini terkesan tidak sensitif dan jauh dari realitas masyarakat,” ucap Yaomi kepada Kompas.com, Kamis (21/8/2025).

Baca juga: Heboh Tunjangan Jumbo Anggota DPR Berujung Klarifikasi Tak Ada Kenaikan

Di mata Yaomi, angka puluhan juta rupiah tersebut justru semakin menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaannya terhadap DPR, lembaga yang seharusnya paling memahami kondisi rakyat.

“Angka sebesar ini bikin banyak orang bertanya, apakah DPR benar-benar paham kondisi rakyatnya?” ungkapnya.

Menurut Yaomi, tunjangan perumahan seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan, bukan untuk memperkaya anggota DPR.

“Tunjangan tetap bisa diberikan, tapi harus realistis dan wajar, bukan angka yang bikin geleng kepala,” ujar Yaomi.

“Memberi Rp 50 juta per bulan lebih terlihat seperti kemewahan daripada kebutuhan kerja,” sambungnya.

Senada dengan Yaomi, warga Depok, Jawa Barat, bernama Dira (25) juga menilai nominal tunjangan perumahan untuk anggota DPR tidak etis.

Baca juga: Rakyat Protes Tunjangan Perumahan DPR Rp 50 Juta: Lebih Mirip Kemewahan daripada Kebutuhan

“Pas lihat dan tahu tunjangan mereka sebesar ini jujur enggak banget (kontra). Apalagi untuk saya yang cuma setara gaji sehari anggota DPR,” ujar Dira.

“Bukan bermaksud lebih senang lihat orang susah, tapi kayak enggak etis aja,” tegas Dira.

Dira juga menyinggung berbagai tunjangan lain yang dinilainya tidak penting, tetapi tetap diperoleh anggota DPR.

Dia merasa tunjangan tersebut tidak sesuai lantaran kinerja DPR belum sepenuhnya dirasakan masyarakat.

“Apalagi kinerja DPR juga enggak terasa jadi wakil rakyat, sorry to say. Karena semua hal harus didemo dulu baru didengerin. Bahkan, gaji rakyat juga kan belum merata,” terang Dira.

Adapun persoalan tunjangan perumahan ini telah diberlakukan sejak Oktober 2024 dan kembali mencuat ke publik. Pihak DPR menilai besaran tunjangan tersebut wajar, tetapi masyarakat sipil berpendapat berbeda.

Baca juga: Puan: Tunjangan Perumahan Anggota DPR Rp 50 Juta Sudah Dikaji Sebaik-baiknya

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya
Kasus TBC di Jakarta Utara Capai 5.942 dalam Setahun Terakhir
Kasus TBC di Jakarta Utara Capai 5.942 dalam Setahun Terakhir
Megapolitan
Saat Jenderal TNI Konsultasi Temuan Dugaan Tindak Pidana oleh Ferry Irwandi ke Polda Metro
Saat Jenderal TNI Konsultasi Temuan Dugaan Tindak Pidana oleh Ferry Irwandi ke Polda Metro
Megapolitan
Profil Ferry Irwandi: Konten Kreator, Aktivis, dan Dugaan Tindak Pidana oleh Dansatsiber TNI
Profil Ferry Irwandi: Konten Kreator, Aktivis, dan Dugaan Tindak Pidana oleh Dansatsiber TNI
Megapolitan
Mabuk Arak Picu Pria Aniaya Sekuriti di Depok hingga Patah Tulang
Mabuk Arak Picu Pria Aniaya Sekuriti di Depok hingga Patah Tulang
Megapolitan
BEM UI Gelar Demo 9 September di DPR Siang Ini, Tagih 17+8 Tuntutan Rakyat
BEM UI Gelar Demo 9 September di DPR Siang Ini, Tagih 17+8 Tuntutan Rakyat
Megapolitan
Rusaknya Pagar Trotoar di Serpong, Bikin Pejalan Kaki Menapak dengan Cemas
Rusaknya Pagar Trotoar di Serpong, Bikin Pejalan Kaki Menapak dengan Cemas
Megapolitan
Ferry Irwandi Hadapi Sorotan Dansatsiber TNI, Antara Ide dan Dugaan Pidana
Ferry Irwandi Hadapi Sorotan Dansatsiber TNI, Antara Ide dan Dugaan Pidana
Megapolitan
Kasus Pembunuhan Munir Jangan Tenggelam...
Kasus Pembunuhan Munir Jangan Tenggelam...
Megapolitan
Update Kasus Penyerangan Kantor Polisi di Jaktim: 14 Tersangka, 5 Senjata Api Hilang
Update Kasus Penyerangan Kantor Polisi di Jaktim: 14 Tersangka, 5 Senjata Api Hilang
Megapolitan
Menanti Janji DPRD DKI Jakarta Revisi Tunjangan Rumah Rp 70 Juta...
Menanti Janji DPRD DKI Jakarta Revisi Tunjangan Rumah Rp 70 Juta...
Megapolitan
Kasus 7 Senjata Api Hilang saat Penyerangan Polsek Matraman Ditangani Polda Metro
Kasus 7 Senjata Api Hilang saat Penyerangan Polsek Matraman Ditangani Polda Metro
Megapolitan
Nasib JPO Senen dan Polda Metro: Hancur Dalam Semalam, Perbaikannya Berbulan-bulan
Nasib JPO Senen dan Polda Metro: Hancur Dalam Semalam, Perbaikannya Berbulan-bulan
Megapolitan
Cerita di Balik Pergantian Nama Halte Senen Sentral Jadi Jaga Jakarta, Ada Pesan Khusus
Cerita di Balik Pergantian Nama Halte Senen Sentral Jadi Jaga Jakarta, Ada Pesan Khusus
Megapolitan
Hadirnya Depot Air Minum Isi Ulang Gratis di Sunter Agung, Hasil Swadaya untuk Bantu Warga
Hadirnya Depot Air Minum Isi Ulang Gratis di Sunter Agung, Hasil Swadaya untuk Bantu Warga
Megapolitan
KontraS Update Orang Hilang Usai Demo Agustus 2025: 4 Belum Ditemukan
KontraS Update Orang Hilang Usai Demo Agustus 2025: 4 Belum Ditemukan
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau