Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indeks Saham AS Tembus Rekor, Pasar Kripto Terbawa Euforia

Kompas.com - 02/07/2025, 05:15 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Indeks saham Amerika Serikat (AS) mencetak rekor tertinggi baru pada penutupan perdagangan Jumat (28/6/2025), memicu euforia yang ikut menyeret naik harga aset berisiko seperti kripto.

Kinerja solid dari Nasdaq dan S&P 500 memperlihatkan optimisme investor terhadap prospek pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve, serta membaiknya hubungan dagang AS dengan sejumlah negara, termasuk China.

Sepanjang kuartal II 2025, indeks S&P 500 tercatat naik sekitar 10,6 persen, sementara Nasdaq melonjak sekitar 17,8 persen.

Saham-saham teknologi menjadi penggerak utama penguatan ini, didorong oleh kabar positif dari Kanada yang mencabut pajak digital terhadap perusahaan teknologi global.

“Keputusan Kanada memberikan angin segar bagi sektor teknologi, sementara ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed mendorong investor untuk mengalihkan dana ke aset berisiko tinggi seperti saham teknologi,” ujar Fahmi Almuttaqin, analis Reku, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, dikutip Rabu (2/7/2025).

Baca juga: Wall Street Menguat, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Tertinggi

Fahmi menambahkan, ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada September atau bahkan Juli semakin memperkuat arus dana ke pasar saham.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa valuasi yang tinggi dan ketidakpastian politik di AS menjadi risiko tersendiri bagi pasar.

“Data ketenagakerjaan, inflasi, dan sinyal kebijakan dari pejabat The Fed masih akan sangat menentukan arah pasar ke depan,” jelasnya.

Baca juga: IHSG Ditutup Melemah, Rupiah Menguat ke Kisaran 16.100

Kripto Ikut Meroket, Tapi Risiko Masih Ada

Di sisi lain, pasar kripto turut menikmati efek dari sentimen positif ini. Harga Bitcoin, misalnya, diperdagangkan di kisaran 108.000 dollar AS atau setara sekitar Rp 1,782 miliar. Kenaikan ini menunjukkan bahwa pasar kripto sudah merespons potensi pelonggaran moneter oleh The Fed.

“Jika suku bunga diturunkan, likuiditas pasar akan meningkat dan dana segar kemungkinan mengalir ke kripto. Namun, investor harus tetap waspada terhadap koreksi yang bisa muncul sewaktu-waktu,” ujar Fahmi.

Ia menyoroti potensi perubahan kepemimpinan di The Fed sebagai faktor penting dalam dinamika pasar ke depan.

Baca juga: Daftar Aset Kripto Diperketat, Apa Dampaknya ke Investor Lokal?

Presiden Donald Trump disebut telah menyusun daftar calon pengganti Jerome Powell, di antaranya Kevin Warsh, Christopher Waller, Scott Bessent, Kevin Hassett, dan David Malpass.

Nama-nama tersebut dikenal memiliki pandangan yang cenderung dovish, atau mendukung suku bunga rendah.

“Trump bahkan dilaporkan menulis catatan langsung ke Powell, mendesaknya menurunkan suku bunga ke sekitar 1 persen. Hal ini menunjukkan tekanan kuat terhadap arah kebijakan moneter,” katanya.

Meski secara hukum Powell tak bisa diberhentikan secara sepihak, ada kemungkinan Trump memanfaatkan kekosongan kursi di Dewan Gubernur The Fed yang akan terjadi awal 2026, untuk menunjuk figur baru yang bisa mempengaruhi arah kebijakan secara tidak langsung.

“Strategi ‘shadow chair’ ini bisa menimbulkan ketidakpastian pasar, terutama di sektor mata uang, obligasi, dan kripto,” kata Fahmi.

Baca juga: Tips Trading Aset Kripto untuk Pemula: Hindari Beli di Puncak, Pahami Psikologi Pasar

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau