KOMPAS.com-Dana Moneter Internasional (International Moneter Fund/IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,8 persen pada 2025 dan tetap berada di angka yang sama pada 2026.
Angka ini sedikit lebih rendah dibanding dua tahun sebelumnya, namun tetap mencerminkan pertumbuhan yang stabil di tengah ketidakpastian global.
Perkiraan tersebut disampaikan IMF dalam laporan World Economic Outlook Update edisi Juli 2025. Dalam dokumen setebal 11 halaman itu, Indonesia tercantum dalam tabel Annex Table 1: Selected Economies: Real GDP Growth yang terletak di halaman 11.
Dalam tabel itu, IMF mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 dan 2024 masing-masing sebesar 5,0 persen. Sementara untuk dua tahun ke depan, proyeksi ditetapkan sebesar 4,8 persen.
Baca juga: Mengenal New Development Bank BRICS, Bank Tandingan IMF dan World Bank
Angka proyeksi terbaru itu naik 0,1 poin persentase dibanding laporan sebelumnya pada April 2025. Artinya, IMF melihat prospek ekonomi Indonesia membaik meskipun hanya sedikit.
IMF tidak membahas Indonesia secara khusus dalam narasi analisis utama. Namun, negara ini dimasukkan ke dalam kelompok ASEAN-5, bersama Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Untuk kelompok ini, IMF memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,1 persen pada 2025 dan tetap di angka tersebut pada 2026.
Laporan tersebut mencatat bahwa kelompok negara berkembang, termasuk Indonesia, masih menjadi pendorong utama pertumbuhan global di tengah perlambatan di negara maju.
“Pertumbuhan di negara-negara berkembang dan pasar berkembang diperkirakan sebesar 4,1 persen pada 2025 dan 4,0 persen pada 2026,” tulis IMF.
Meski stabil, proyeksi pertumbuhan Indonesia ini masih di bawah rata-rata pertumbuhan pra-pandemi yang berada di kisaran 5 persen ke atas.
Hal ini mencerminkan dampak dari ketidakpastian global seperti ketegangan perdagangan, volatilitas harga komoditas, serta perubahan arah kebijakan moneter di negara-negara maju.
Baca juga: IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Global, Waspadai Dampak Tarif Trump
IMF juga mengingatkan potensi risiko global yang bisa menekan pertumbuhan negara berkembang, seperti kembalinya perang tarif dan meningkatnya fragmentasi ekonomi global.
“Ketidakpastian kebijakan perdagangan yang tinggi dapat mulai membebani aktivitas, terutama di negara-negara yang bergantung pada ekspor,” disebutkan dalam laporan tersebut.
Untuk menjaga momentum pertumbuhan, IMF mendorong negara-negara berkembang agar memperkuat kerangka kebijakan fiskal dan moneter, serta mendorong reformasi struktural. Di antaranya termasuk perbaikan efisiensi belanja, penguatan pendapatan negara, dan peningkatan produktivitas melalui inovasi dan investasi SDM.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini