Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wall Street Menguat: Nasdaq Cetak Rekor, Apple Melonjak 13 Persen Usai Rencana Investasi Rp 9.800 Triliun

Kompas.com - 09/08/2025, 06:32 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Saham-saham di Wall Street menguat pada perdagangan Jumat (8/8/2025) waktu setempat, dipimpin sektor teknologi. Indeks-indeks utama Bursa Saham New York ini pun menutup pekan dengan kenaikan solid.

Nasdaq Composite melonjak 0,98 persen dan mencetak rekor penutupan baru di level 21.450,02. Indeks yang sarat saham teknologi ini juga menyentuh rekor tertinggi intraday pada awal sesi. S&P 500 naik 0,78 persen menjadi 6.389,45 — nyaris menembus rekor penutupan. Dow Jones Industrial Average bertambah 206,97 poin atau 0,47 persen, berakhir di 44.175,61.

Dalam sepekan, seluruh indeks utama membukukan kinerja positif. Dow yang berisi 30 saham unggulan naik sekitar 1,4 persen, S&P 500 menguat 2,4 persen, dan Nasdaq melesat 3,9 persen.

Baca juga: Saham Under Armour Anjlok, CEO: Pendapatan Terdampak Tarif AS

Apple menjadi pendorong utama sektor teknologi di S&P 500 dan Nasdaq. Saham produsen iPhone itu melonjak 13 persen pekan ini setelah mengumumkan rencana investasi 600 miliar dollar AS atau sekitar Rp 9.800 triliun selama empat tahun di AS, dalam upaya meredakan ketegangan dengan Presiden Donald Trump. Ini merupakan pekan terbaik Apple sejak Juli 2020.

Kenaikan saham Apple semakin kencang setelah Trump mengumumkan rencana penerapan tarif impor 100 persen untuk semikonduktor dan chip, namun memberi pengecualian bagi perusahaan yang “membangun pabrik di Amerika Serikat.” Saham Apple kembali naik 4,2 persen pada Jumat.

Kebijakan perdagangan Trump

Investor tampaknya menilai tarif semikonduktor tersebut tidak sekeras yang dikhawatirkan. Mereka juga mengabaikan tarif “resiprokal” yang mulai berlaku Kamis tengah malam. Beberapa tarif tertinggi mencakup Suriah 41 persen, serta Laos dan Myanmar masing-masing 40 persen.

Trump pada Jumat memperingatkan pengadilan AS agar tidak membatalkan kebijakan tarifnya. Dalam unggahan di Truth Social, ia menulis bahwa jika kebijakan itu dibatalkan, “akan seperti tahun 1929, sebuah depresi besar.”

Ia juga mengklaim tarif tersebut memberikan “dampak positif besar” terhadap pasar. Saham sempat anjlok pada April lalu setelah pengumuman tarif besar-besaran Trump, membuat S&P 500 masuk ke wilayah koreksi setelah mengalami penurunan harian terbesar sejak 2020.

“Reaksi pasar terhadap pengumuman 2 April menunjukkan bagaimana pasar memandang tarif,” kata Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird.

“Investor sebagian besar memperkirakan pemerintah tidak akan sepenuhnya menjalankan rencana tarif yang sangat agresif. Jadi ini seperti hubungan ayam dan telur, dan kita masih dalam tahap akhir untuk memahaminya,” tambah dia.

“Jika pasar sudah memperkirakan tetapi tidak bereaksi karena menunggu titik balik, pemerintah bisa saja menganggap pasar justru mendukung kebijakan itu, bukan mengantisipasi perubahan. Ini dinamika yang cukup rumit,” lanjutnya.

Baca juga: Wall Street Menguat, Saham Apple Melonjak 5 Persen

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau