JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia dan China semakin mempererat kerja sama di sektor manufaktur melalui forum bisnis lintas negara, OCBC One Connect 2025, yang berlangsung di Jakarta pada 26–27 Agustus 2025. Forum ini mempertemukan pelaku industri, pemangku kepentingan, dan investor untuk mendorong terciptanya ekosistem industri terintegrasi.
Direktur OCBC, Martin Widjaja, mengatakan forum ini menjadi jembatan antara kebutuhan investasi dan potensi lokal.
“OCBC One Connect 2025 ini diselenggarakan untuk menjembatani kebutuhan investasi dan kapabilitas lokal. Di sini OCBC mengambil peran sebagai katalisator sinergi lintas batas, memfasilitasi investor dan mitra lokal dalam membangun relasi yang berkelanjutan,” ujarnya saat acara di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Baca juga: RI Genjot Hilirisasi Mineral, Terutama untuk Logam Tanah Jarang, Bidik Kolaborasi dengan China
Ia menekankan, pertumbuhan manufaktur tidak hanya ditopang modal, tetapi juga membutuhkan ekosistem yang saling terhubung.
“Diperlukan ekosistem yang saling terhubung, mulai dari infrastruktur, regulasi, hingga pembiayaan. Melalui kegiatan ini, OCBC hadir bukan sekadar sebagai penyedia solusi perbankan, tetapi sebagai penghubung antarnegara,” kata Martin.
Investasi China di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang 2021 hingga semester I 2025, nilai investasi China mencapai 30,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 503,25 triliun. Angka ini setara dengan 14 persen dari total investasi asing di Indonesia.
Baca juga: Industri Manufaktur 2025 Tumbuh Positif, Kemenperin Fokus Perkuat Hilirisasi dan Teknologi
Selaras dengan itu, pada Mei 2025, pemerintah Indonesia dan China menandatangani dua nota kesepahaman (MoU) strategis. Kesepakatan tersebut mencakup pengembangan twin industrial parks serta penggunaan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) dalam perdagangan bilateral.
Forum OCBC One Connect 2025 sendiri diawali dengan kunjungan lapangan ke kawasan industri di Karawang untuk menunjukkan kesiapan infrastruktur dan rantai pasok bagi perusahaan manufaktur. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi panel yang membahas strategi ekspansi bisnis, kolaborasi antara mitra lokal dan asing, hingga regulasi di dua negara.
“Melalui OCBC One Connect 2025, kami ingin mempertegas posisi OCBC sebagai mitra perbankan utama bagi perusahaan China yang ingin memasuki pasar Indonesia dengan cepat dan strategis,” ujar Martin.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu mengatakan pembentukan Badan Industri Mineral oleh Presiden menjadi langkah penting untuk memperkuat riset dan pengembangan teknologi.
“Negara kita ini punya sumber daya alam yang luar biasa. Salah satunya logam tanah jarang. Itu membutuhkan advanced technology research and development yang kuat. Indonesia tidak bisa sendiri, butuh partner dari negara lain seperti China, Amerika, maupun Rusia,” ujarnya dalam forum OCBC One Connect 2025 di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Todotua menambahkan, tantangan besar Indonesia adalah daya saing investasi yang masih lemah akibat biaya tinggi dan lambatnya realisasi investasi.
“Siklus investasi kita masih 3–4 tahun sejak masuk hingga beroperasi, sementara di Vietnam hanya 2–2,5 tahun. Kalau perizinan, regulasi, hingga utilitas bisa kita integrasikan lebih baik, Indonesia akan makin menarik sebagai destinasi investasi,” katanya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini