Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menperin Sebut Industri Otomotif Indonesia Sehat, Jauh dari Deindustrialisasi

Kompas.com - 06/05/2025, 17:31 WIB
Ruly Kurniawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut industri otomotif Indonesia masih dalam kondisi terjaga, dengan kedalaman nilai rantai pasok yang terus bergerak positif.

Hal tersebut terbukti dari Manufacturing Value Added (MVA) yang mencapai 256,98 miliar dollar Amerika Serikat (AS) tahun 2023, menjadikan Indonesia masuk 12 besar negara manufaktur dunia dan nomor satu di ASEA, melewati Thailand dan Vietnam.

"Angka ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah Indonesia. Kita menempati nomor 5 terbesar di Asia setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Kita akan terus kejar," kata Agus dalam gelaran New Energy Vehicle Summit 2025 di Jakarta, Selasa (6/5/2025). 

Baca juga: Kesalahan Instalasi Lampu Mobil: Mengapa Anda Harus Berhati-hati

Aktivitas pekerja pada proses produksi di sektor industri otomotif, Jakarta, Senin (14/9/2020).Dokumentasi Humas Kementerian Perindustrian Aktivitas pekerja pada proses produksi di sektor industri otomotif, Jakarta, Senin (14/9/2020).

Ia juga menyampaikan, tren kenaikan MVA di Tanah Air terus melonjak sejak 2015. Sehingga dapat dikatakan secara industri dan manufaktur, Indonesia sudah setara dengan beberapa negara maju, seperti Inggris, Rusia, hingga Perancis.

"Rata-rata MVA dunia ialah 78,73 miliar dollar AS sementara secara historis MVA Indonesia itu 102,85 miliar dollar AS, jauh dari rata-rata global. Ini menegaskan struktur industri nasional dari hulu ke hilir," kata Agus.

Selain itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat kontribusi industri manufaktur non migas terhadap pendapatan nasional melalui Product Domestic Bruto (PDB) sebesar 17,50 persen.

"Secara tahunan, market share-nya naik dari 17,47 persen menjadi 17,50 persen. Sementara per-kuartal juga naik dari 17,31 persen," ucapnya.

"Jadi kalau ada yang meyatakan Indonesia sedang atau sudah masuk dalam tahap deindustrialisasi, itu salah. Kalau dilihat dari MVA pernyataan itu salah, begitu juga dilihat dari kontribusinya terhadap GDP atau PDB," lanjut Agus.

Baca juga: Industri Otomotif Masuk Zona Resesi, Picu Gelombang PHK

Ilustrasi pameran otomotif.GIIAS 2024 Ilustrasi pameran otomotif.

Hanya saja ia mengaku bahwa sektor otomotif, meliputi roda dua, roda empat atau lebih, serta komponen mengalami perlambatan 3,1 persen sepanjang tahun 2024. Pada gilirannya ini berdampak terhadap hilangnya Rp 10 triliun nilai ekonomi.

"Tetapi tidak ada hubungannya penjualan dengan deindustrialisasi. Penjualan itu hubungannya ke daya beli dan lain-lain," ucap Agus.

"Saat ini juga daya beli di seluruh negara sedang melemah, tidak hanya Indonesia. Paling hanya ada 1-2 negara yang tumbuhnya cepat. Indonesia masih growth, tetapi mengalami perlambatan," kata dia lagi.

Guna menumbuhkan daya beli ini, Agus menyampaikan pihak Kemenperin akan memberikan perhatian lebih. Sayangnya, ia tidak bisa memaparkan lebih jauh pada kesempatan tersebut.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau