JAKARTA, KOMPAS.com – Video viral di media sosial memperlihatkan aksi berbahaya seorang pria yang diduga merupakan sopir bus, mengendarai bus dengan cara yang tidak lazim dan menuai kontroversi publik.
Dalam video yang diunggah akun Instagram @majelisfotobis, terlihat sang sopir mengemudikan bus dengan menggunakan kaki untuk memegang kemudi, seolah melakukan aksi akrobatik di atas kendaraan besar tersebut.
Baca juga: Beroperasi Normal, Simak Lokasi Samsat Keliling di Jadetabek Hari Ini
"kalau laka bilangnya "musibah ga ada yg tau"????," tulis penjelasan video dikutip Selasa (2/9/2025).
Belum diketahui identitas sopir maupun perusahaan otobus (PO) yang bersangkutan. Namun, dalam rekaman video tampak aksi itu dilakukan di ruas jalan tol arah Cirebon.
View this post on Instagram
Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak berwenang mengenai waktu kejadian.
Menanggapi hal ini, Founder Jakarta Defensive Driving Center (JDDC) Jusri Pulubuhu menekankan pentingnya pemahaman soal keselamatan berkendara, terutama saat berada di jalan umum.
“Di area tertutup di mana hobi berbahaya lebih kepada dirinya sendiri dan objek statis seperti tembok, pagar, dan lainnya. Tapi kalau kita melakukan atraksi atau akrobatik harus di area tertutup. Jadi kalau dia tabrak tembok tidak ada tuntutan dan kalau dia celaka, dia celaka sendiri,” ujar Jusri kepada Kompas.com, Selasa (2/9/2025).
Baca juga: Kebijakan Pajak Pengaruhi Daya Saing Industri Otomotif Indonesia
Jusri menekankan, jalan raya milik publik. Individu merupakan bagian dari komunitas yang lebih besar.
"Bicara tentang keselamatan maka bicara tentang individu sebagai bagian dari orang lain yang ada di jalan. Segala perilaku kita di sana harus ada aturan, harus mengikuti secara tertib aturan tersebut. Dan aturan adalah komunikasi, aturan yang berlaku antara kita dan orang lain,” katanya.
Baca juga: Begini Cara Bayar Pajak Kendaraan via Online di Tengah Tarif yang Tinggi
Lebih lanjut, Jusri menjelaskan bahwa karena jalan raya memiliki beragam potensi bahaya, pengendara harus memiliki berbagai kemampuan untuk menghadapi risiko yang mungkin terjadi.
“Sumber bahaya dan potensi ancaman yang beragam maka kemampuan kognitif, analisa dan logika hingga kemampuan motorik bisa menghadapi. Apakah kemampuan kognitif cukup? Tidak. Harus adanya empati dalam segala kondisi jalan,” ujarnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini