KOMPAS.com - Sebuah perusahaan logistik legendaris asal Inggris berusia 158 tahun atau lebih dari 1,5 abad bernama KNP Logistics, harus gulung tikar.
Perusahaan bangkrut setelah mengalami serangan siber. Serangan ini dipicu oleh satu hal, yakni password pegawai yang terlalu mudah ditebak.
KNP Logistics sudah berdiri sejak 1865. Perusahaan transportasi asal Inggris ini mengelola ratusan truk, dikenal lewat merek Knights of Old, dan telah menjadi bagian dari industri logistik Inggris selama lebih dari satu abad.
Namun, akibat serangan siber, seluruh data perusahaan terkunci, operasional lumpuh total, dan sekitar 700 pegawai kehilangan pekerjaan.
Perusahaan yang dulunya mengoperasikan lebih dari 500 truk ini pun resmi bangkrut tak lama setelah serangan terjadi.
Baca juga: Password Google, FB, Apple, Bocor di Dunia Maya, Jumlahnya Dua Kali Populasi Manusia
Ternyata, server perusahaan terkena serangan siber ransomware. Jenis malware ini biasanya digunakan penjahat siber untuk mengancam dan meminta uang tebusan dari sang pengguna perangkat.
Ransomware dapat dipasang melalui tautan tipuan dalam e-mail, pesan instan, atau situs web. Ia memiliki kemampuan untuk mengunci layar komputer atau mengenkripsi file penting yang
Saat semuanya lumpuh, di layar, hanya tersisa satu pesan dari hacker:
"Kalau kamu membaca ini, berarti infrastruktur internal perusahaanmu sudah mati sepenuhnya atau sebagian. Mari kita simpan air mata dan penyesalan masing-masing, dan coba bangun percakapan".
Pesan itu dilaporkan datang dari geng peretas bernama Akira, yang dikenal sebagai salah satu kelompok ransomware paling agresif.
Hacker masuk ke jaringan KNP dengan menebak password salah satu pegawai. Begitu masuk, mereka langsung mengenkripsi semua data dan menutup akses ke sistem internal perusahaan.
Dalam catatan itu, pelaku tidak menyebut nominal tebusan, tapi pakar keamanan memperkirakan jumlahnya bisa mencapai 5 juta poundsterling (sekitar Rp 110 miliar).
KNP tak punya dana sebesar itu. Alhasil, data perusahaan pun hilang total. Tanpa akses ke sistem operasional dan data penting, bisnis tak bisa jalan. Tak ada truk yang bisa diberangkatkan. Tak ada tagihan yang bisa dicetak. Tak ada pembayaran yang bisa dilakukan.
Akhirnya, perusahaan dinyatakan bangkrut. Sekitar 700 orang kehilangan pekerjaan, banyak dari mereka yang sudah puluhan tahun bekerja di sana.