KOMPAS.com - Dieng Culture Festival (DCF) kembali hadir pada tahun 2025 dengan sejumlah perubahan penting dalam konsep penyelenggaraannya.
Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah tidak masuknya Jazz Atas Awan dalam rangkaian resmi acara DCF ke-15 yang digelar di Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Keputusan ini bukan tanpa alasan.
Pokdarwis Dieng Pandawa sebagai penyelenggara menegaskan bahwa langkah ini diambil demi mengembalikan roh budaya dari festival yang telah berlangsung sejak 2010 tersebut.
Baca juga: Jadwal Dieng Culture Festival 2025, Digelar 23 sampai 24 Agustus
Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa, Alif Faozi, menjelaskan bahwa sejak awal, Dieng Culture Festival bertujuan mengangkat budaya lokal, khususnya ritual ruwatan anak berambut gimbal dan pergelaran seni tradisional.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, perhatian publik justru lebih tertuju pada Jazz Atas Awan, konser musik yang menjadi salah satu daya tarik DCF dengan menghadirkan musisi papan atas.
Baca juga: Kawah Candradimuka Dieng: Harga Tiket, Jam Buka, dan Lokasi
"Calon wisatawan sering kali menanyakan 'DCF tahun ini artisnya siapa', bukan menanyakan berapa anak berambut gimbal yang akan mengikuti ruwatan," ujar Alif, mengkritisi pergeseran fokus publik terhadap esensi festival.
Jazz Atas Awan selama ini memang menjadi acara pendukung yang populer, tetapi kepopuleran ini justru dianggap mulai membayangi acara inti DCF.
Oleh karena itu, tahun ini, Pokdarwis berencana memisahkan Jazz Atas Awan dari rangkaian resmi festival.
Meskipun belum dipastikan apakah Jazz Atas Awan akan tetap digelar secara terpisah, besar kemungkinan acara musik itu tidak akan menjadi bagian dari DCF XV.
"Sudah saatnya kita pisah. Jazz Atas Awan sudah besar dan harus berdiri sendiri, agar Dieng Culture Festival kembali fokus pada kebudayaan," tegas Alif.
DCF XV tahun ini juga tidak masuk dalam daftar Karisma Event Nusantara (KEN) 2025, setelah pada tahun sebelumnya sempat menjadi bagian dari 10 besar agenda KEN.
Keputusan ini, menurut Alif, adalah bagian dari strategi penyelenggara agar bisa menjalankan festival dengan lebih ringan, tanpa tekanan ekspektasi berlebihan dari publik.
Baca juga: Melihat Fenomena Alam Kawah Candradimuka di Dataran Tinggi Dieng
"Takutnya nanti orang terlalu berekspektasi terlalu tinggi terhadap DCF, mereka mau ke Dieng untuk Jazz Atas Awan, bukan untuk budayanya. Jangan sampai Jazz Atas Awan mengalahkan induknya, ini harus dicegah," ujarnya.
Tahun ini akan menjadi uji coba penting bagi DCF. Pokdarwis akan menilai seberapa besar minat wisatawan terhadap festival yang sepenuhnya berfokus pada budaya tanpa embel-embel hiburan modern.
Jika minat wisatawan tetap tinggi, tidak menutup kemungkinan DCF akan kembali masuk dalam KEN 2026 dengan format yang tetap mengedepankan tradisi lokal.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini