KOMPAS.com - Bandara Internasional New Gwadar di Pakistan telah rampung dibangun sejak Oktober 2024. Namun, hingga kini tak ada penumpang dan pesawat yang tampak sibuk di sana.
Pembangunan bandara baru dan termahal di Pakistan ini menghabiskan dana 240 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 3,9 triliun, seperti dilansir The Independent pada Jumat (1/8/2025).
Pembangunan Bandara Internasional New Gwadar berkapasitas 400.000 penumpang ini disebut-sebut dibiayai penuh oleh China.
Fantastisnya dana pembangunan bandara ini kontras dengan kondisi Balochistan barat daya, provinsi yang berbatasan langsung dengan lokasi bandara, tetapi dikenal sebagai kawasan miskin dan terlupakan.
Baca juga: Naik DAMRI ke Jakarta Kota: Rute, Jadwal, dan Tips dari Bandara Soetta
Diketahui China menggelongorkan sejumlah dana ke Balochistan dan Gwadar selama beberapa tahun terakhir.
Uang ini digunakan sebagai bagian dari proyek bernilai miliaran dolar yang menghubungkan provinsi Xinjiang dengan Laut Arab, yang disebut Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan atau CPEC.
Proyek ini mendapat pujian karena dianggap sebagai transformasi baru. Sayang, hanya hanya ada sedikit bukti perubahan di Gwadar.
Keberadaan Bandara Internasional New Gwadar pun jadi misteri. Tak ada penumpang dan pesawat yang terlihat di sana.
"Bandara ini bukan untuk Pakistan atau Gwadar," kata Azeem Khalid, seorang ahli hubungan internasional yang berspesialisasi dalam hubungan Pakistan-China.
“Bandara ini untuk China supaya mereka dapat memiliki akses yang aman bagi warga negara mereka ke Gwadar dan Balochistan,” lanjut dia.
Baca juga: Besok, Penerbangan Citilink Pindah dari Bandara Halim ke Soetta
CPEC telah mengkatalisasi pemberontakan di Balochistan yang kaya sumber daya dan berlokasi strategis selama beberapa dekade.
Separatis, yang dirugikan oleh apa yang mereka katakan adalah eksploitasi negara dengan mengorbankan penduduk setempat.
Alih-alih berjuang untuk kemerdekaan, proyek ini justru menargetkan pasukan Pakistan dan pekerja China di provinsi tersebut dan di tempat lain.
Dari sudut pandang anggota etnis minoritas Baloch Pakistan, mereka menghadapi diskriminasi oleh pemerintah dan ditolak kesempatan yang tersedia di tempat lain di negara itu.
Baca juga: Gempa Rusia, Bandara Sendai Jepang Tutup Sementara Imbas Peringatan Tsunami