CANBERRA, KOMPAS.com – Australia kini bisa merekrut warga Papua Nugini untuk bergabung dalam Angkatan Pertahanan Australia (ADF).
Hal ini menyusul penandatanganan perjanjian pertahanan baru antara kedua negara pada Jumat (12/9/2025), yang dipandang sebagai langkah strategis di tengah meningkatnya pengaruh China di kawasan Pasifik.
Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, mengatakan, kesepakatan ini membuka jalan bagi warganya untuk berkarier di militer Australia.
Baca juga: 2 Pria Australia Dituduh Pasok Senjata ke OPM, Terancam Penjara 10 Tahun
“Dengan perjanjian ini, rakyat kami bisa bergabung dengan Angkatan Pertahanan Australia, dan itu adalah peluang besar,” kata Marape, dikutip ABC News.
Kesepakatan tersebut merupakan bagian dari Enhanced Defence Cooperation Agreement, yang memperluas kerja sama keamanan kedua negara.
Selain akses perekrutan, Australia juga berkomitmen memperkuat pelatihan militer bersama, modernisasi fasilitas pertahanan di Papua Nugini, serta memperdalam koordinasi intelijen.
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles menyebut langkah ini sebagai tonggak penting dalam kemitraan Canberra–Port Moresby.
“Ini bukan hanya tentang pertahanan militer, tapi juga keamanan kawasan. Kami ingin memastikan Pasifik tetap stabil dan aman,” ujar Marles.
Melalui perjanjian ini, Marape menegaskan, negaranya ingin mempertahankan hubungan erat dengan Canberra, meski tetap membuka kerja sama ekonomi dengan China.
“Papua Nugini berdiri bersama Australia, tetapi kami juga bersahabat dengan semua negara. Namun, keamanan kami akan selalu menjadi prioritas,” ujar Marape.
Baca juga: Demonstran Anti-Imigran di Australia Serang Kamp Aborigin, Teriak Ini Tanah Kulit Putih
Tangkapan layar dari video yang memperlihatkan kapal penjaga pantai atau Coast Guard China hancur setelah bertabrakan dengan kapal perang Angkatan Laut China, ketika mengejar kapal Filipina di perairan Beting Scarborough, wilayah yang diperebutkan kedua negara di Laut China Selatan, Senin (11/8/2025).Kesepakatan baru ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dengan China.
Selama beberapa tahun terakhir, Beijing memperluas pengaruhnya di Pasifik, termasuk dengan menjalin pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon pada 2022.
Langkah itu memicu kekhawatiran Australia dan Amerika Serikat bahwa China bisa membangun basis militer di kawasan, yang jaraknya relatif dekat dengan pantai Australia.
“Perjanjian ini sangat penting, mengingat dinamika strategis yang berubah di kawasan,” kata Hugh White, profesor studi strategis dari Australian National University.
Bagi banyak warga Papua Nugini, kesempatan bergabung dengan ADF dipandang positif, mengingat terbatasnya peluang kerja di dalam negeri. Namun, sejumlah analis menilai hal ini bisa memunculkan tantangan sosial baru.
Paul Barker, Direktur Institute of National Affairs di Papua Nugini, menilai rekrutmen ini perlu diatur dengan cermat.
“Kesempatan ini luar biasa, tapi pemerintah harus memastikan bahwa perekrutan tidak menguras tenaga kerja terampil yang dibutuhkan di dalam negeri,” jelasnya.
Baca juga: Australia Siap Luncurkan Drone Serang Bawah Laut “Ghost Shark”
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang