CANBERRA, KOMPAS.com - Nomor telepon pribadi sejumlah pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dipublikasikan secara terbuka di sebuah situs asal Amerika Serikat yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengumpulkan data dari internet.
Menurut laporan BBC, Selasa (14/10/2025), situs tersebut menampilkan informasi kontak pribadi sejumlah tokoh publik ternama, termasuk Albanese dan beberapa mantan pemimpin dunia.
BBC memilih untuk tidak menyebut nama situs tersebut, tetapi memverifikasi bahwa nomor yang tercantum untuk Albanese memang aktif dan merupakan nomor pribadinya.
Baca juga: Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
Situs itu mengeklaim memiliki data kontak ratusan juta profesional di seluruh dunia dan kerap digunakan oleh perekrut serta tenaga penjualan.
Pengguna dapat mencari sejumlah kontak secara gratis, atau berlangganan untuk mengakses lebih banyak data.
Kantor PM Albanese menyatakan sudah mengetahui adanya kebocoran ini.
Kasus tersebut pertama kali diungkap oleh media independen Australia, Ette Media, dan kini sedang diselidiki oleh otoritas setempat.
Selain Albanese, Sussan Ley, Wakil Pemimpin Oposisi Australia, juga menjadi korban.
Juru bicaranya menyebut kejadian ini “jelas mengkhawatirkan” dan mengatakan bahwa pihaknya telah meminta agar informasi pribadi tersebut segera dihapus dari situs.
Tak hanya itu, BBC melaporkan bahwa situs tersebut juga mencantumkan nomor telepon pribadi milik Donald Trump Jr, meskipun belum jelas apakah ia masih menggunakan nomor itu.
Media Inggris itu bahkan mencoba menghubungi beberapa nomor yang tercantum untuk mantan Presiden AS Barack Obama dan Bill Clinton, serta Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.
Panggilan ke nomor Obama tak tersambung, sedangkan nomor yang diklaim milik Clinton diangkat oleh seorang pria yang terdengar kebingungan. Sementara itu, sambungan ke nomor Starmer tidak dijawab.
Baca juga: Perdana di Dunia, AI Jadi Menteri Albania, Bertugas Cegah Korupsi
Ilustrasi AI Generatif (GenAI) - Halusinasi AI.Menurut keterangan di situs tersebut, data dikumpulkan dari berbagai sumber publik — seperti dokumen resmi Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), jejaring sosial, situs lowongan kerja, hingga hasil perayapan web otomatis.
Meski begitu, tidak jelas bagaimana situs itu mendapatkan data pribadi yang seharusnya bersifat rahasia, terutama nomor ponsel aktif para pejabat.
Namun, situs itu menyediakan formulir “opt-out” yang memungkinkan siapa pun yang datanya tercantum meminta agar informasi mereka dihapus dari basis data.
Kasus ini menambah panjang daftar insiden kebocoran data di Australia dalam beberapa tahun terakhir.
Negara tersebut sebelumnya menghadapi sejumlah pelanggaran data besar yang melibatkan lembaga pemerintah maupun perusahaan swasta, sehingga mendorong pemerintah memperketat regulasi keamanan siber.
Hingga kini, penyelidikan masih berlangsung, dan Pemerintah Australia belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai langkah hukum terhadap situs yang mempublikasikan nomor pribadi para tokoh tersebut.
Baca juga: Australia Siapkan UU untuk Cegah Gambar Vulgar Buatan AI dan Deepfake
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang