MOSKWA, KOMPAS.com – Nama Anna Chapman sempat mengguncang dunia pada 2010. Dia dikenal sebagai salah satu agen rahasia paling terkenal Rusia setelah ditangkap di New York, Amerika Serikat (AS).
Setelah ditangkap otoritas "Negeri Paman Sam", dia akhirnya dipulangkan melalui pertukaran mata-mata antara AS dan Rusia.
Kini, 15 tahun berselang, Chapman kembali mendapat misi baru. Perempuan berambut merah itu ditunjuk sebagai kepala Museum Intelijen Rusia.
Museum tersebut merupakan lembaga baru yang dikabarkan berafiliasi dengan Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), sebagaimana dilansir First Post, Kamis (23/10/2025).
Langkah ini menandai kembalinya Chapman ke lingkaran resmi intelijen Rusia yang kali ini bukan di balik layar, melainkan di ruang publik.
Baca juga: Profil Hvaldimir, Paus Mata-mata Rusia yang Mati Muda di Norwegia
Anna Chapman lahir dengan nama Anna Kuschenko di Volgograd, kota yang dulu bernama Stalingrad di era Uni Soviet. Ayahnya merupakan anggota korps diplomatik Uni Soviet dan sempat bertugas di Kenya.
Chapman menempuh pendidikan ekonomi di Peoples’ Friendship University of Russia di Moskwa.
Tahun 2001, ia bertemu Alex Chapman, mahasiswa psikologi asal Inggris, di sebuah klub malam. Lima bulan kemudian, mereka menikah di Moskwa.
Namun, rumah tangga mereka hanya bertahan empat tahun. Dalam wawancara dengan The Telegraph, Alex mengaku mantan istrinya itu mulai berubah menjelang akhir pernikahan.
"Menjelang akhir pernikahan kami, dia menjadi sangat tertutup, sering pergi sendiri untuk bertemu dengan teman-teman Rusianya," ujar Alex Chapman.
Sedangkan Anna memjabarkan cerita yang berbeda. Dalam memoarnya yang terbit tahun lalu berjudul Bondianna, dia menuduh Alex Chapman mencoba membunuhnya dengan bor listrik.
Baca juga: Paus Mata-mata Rusia Ditemukan Mati di Norwegia
Anna ChapmanDalam memoar tersebut, Chapman menceritakan bagaimana ia direkrut oleh dinas intelijen luar negeri Rusia ketika tinggal di London.
Dia menulis bahwa perekrutnya adalah seorang agen muda bernama Kirill yang terpikat oleh kemampuan sosial dan jejaringnya di kalangan elite Inggris.
Kirill kemudian duduk di sebelahnya dalam penerbangan Aeroflot ke Moskwa, sebagai bagian dari uji loyalitasnya terhadap Rusia.