KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Dua dekade penantian dan perjuangan diplomatik panjang akhirnya berbuah manis bagi Timor Leste.
Negara berpenduduk 1,3 juta jiwa itu resmi diterima sebagai anggota ke-11 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), menandai perluasan pertama blok regional ini dalam 26 tahun terakhir.
Pengumuman resmi dilakukan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia pada Minggu (26/10/2025).
Baca juga: Sah, Timor Leste Jadi Anggota ke-11 ASEAN Usai Penantian 14 Tahun
Dalam KTT tersebut, para pemimpin ASEAN mengesahkan dokumen penerimaan Timor Leste yang ditandatangani langsung oleh Perdana Menteri Xanana Gusmao bersama sepuluh kepala negara anggota lainnya.
Ilustrasi bendera ASEAN, logo ASEAN. Setelah meraih kemerdekaan pada Mei 2002, Timor Leste memandang keanggotaan ASEAN sebagai jangkar keamanan dan pengakuan regional bagi kedaulatan mereka yang masih rapuh.
Langkah pertama dilakukan pada 2005, ketika Timor Leste bergabung dengan ASEAN Regional Forum (ARF), disusul dengan penandatanganan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama ASEAN (TAC) pada 2007. Namun, jalan menuju keanggotaan penuh masih panjang.
Bertahun-tahun, Timor Leste dinilai belum siap memenuhi standar administratif, ekonomi, dan diplomatik ASEAN.
Pada 2014, sekretariat ASEAN bahkan menyoroti bahwa negara tersebut belum memiliki kedutaan besar di semua ibu kota negara anggota, salah satu syarat utama untuk diterima.
Singapura dan Myanmar termasuk yang paling vokal mempertanyakan kesiapan Dili.
Alasannya beragam, mulai dari kapasitas birokrasi, ketergantungan ekonomi pada minyak dan gas, hingga sikap politik Timor Leste terhadap krisis Myanmar.
Pada 2021, abstensi Timor Leste dalam pemungutan suara PBB yang mengecam kudeta militer Myanmar memicu kritik keras dari tokoh seniornya sendiri, Jose Ramos-Horta, yang menyebut langkah itu sebagai “voting yang memalukan”.
Meski demikian, di dalam negeri, dukungan untuk bergabung dengan ASEAN tetap solid.
Pemerintah memandang ASEAN sebagai kunci untuk diversifikasi ekonomi di luar sektor migas, yang menyumbang hampir 90 persen pendapatan negara.
Baru pada 2022, ASEAN memberikan “persetujuan prinsip” (in-principle approval) yang mengizinkan Timor Leste hadir di semua pertemuan tingkat tinggi sebagai pengamat (observer).