KOMPAS.com – Rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di kota El-Fasher, Darfur, Sudan, yakni Rumah Sakit Saudi dilaporkan diserbu dan menewaskan ratusan orang.
Penyerbuan tersebut dilakukan usai pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) merebut kota itu pada Minggu (26/10/2025), sebagaimana dilansir Reuters.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan seorang pejabat Sudan mengonfirmasi laporan itu pada Rabu (30/10/2025).
Di sisi lain, komunikasi dari dalam kota masih terputus dan para dokter di rumah sakit itu tidak dapat dihubungi.
Belum diketahui waktu pasti serangan terjadi. Namun, pejabat Sudan, dokter, dan aktivis menuding RSF sebagai pelaku penyerbuan rumah sakit itu.
RSF membantah tuduhan itu dan menyebut laporan tersebut sebagai disinformasi. Dalam pernyataannya, RSF mengatakan seluruh rumah sakit di El-Fasher telah ditinggalkan.
Baca juga: Saksi Kekejaman Perang Sudan: Anak-anak Dibunuh Depan Orangtua
Gubernur Negara Bagian Darfur Minni Minawi, mantan pemimpin pemberontak yang kini bersekutu dengan militer, menyatakan melalui akun X pada Rabu bahwa 460 orang tewas dalam serangan terhadap Rumah Sakit Saudi.
Minawi tidak memberikan rincian tambahan dan belum dapat dikonfirmasi lebih lanjut.
Dua kelompok dokter Sudan serta jaringan aktivis di El-Fasher melaporkan bahwa ratusan orang di bangsal darurat di sekitar rumah sakit juga tewas.
Dalam pernyataannya, WHO mengungkap bahwa empat dokter, seorang perawat, dan seorang apoteker diculik dari Rumah Sakit Saudi.
Seorang sumber organisasi kemanusiaan juga mengonfirmasi adanya penculikan di sana, namun belum dapat memastikan jumlahnya.
Juru bicara WHO menyebut pihaknya telah memverifikasi serangan tersebut berdasarkan sejumlah kesaksian langsung, laporan pemerintah, serta foto dan video dari lokasi.
Baca juga: Ngerinya Pembantaian di Sudan, 2.000 Warga Sipil Tak Berdaya Dieksekusi
Diberitakan sebelumnya, RSF berhasil merebut wilayah tersebut dari tentara nasional Sudan (SAF) dalam kecamuk perang saudara di sana.
El-Fasher jatuh setelah dikepung selama 18 bulan oleh RSF, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Pengepungan tersebut memutus pasokan makanan dan kebutuhan pokok bagi ratusan ribu warga sipil di dalam kota.