Kumpul dukung potensi UMKM perempuan melalui acara Connect for Change (C4C) Summit 2025.
Parapuan.co - KUMPUL, organisasi penggerak ekosistem inovasi dan kewirausahaan Indonesia, kembali menegaskan komitmennya terhadap pertumbuhan inklusif, khususnya bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang didominasi perempuan.
Melalui Connect for Change (C4C) Summit 2025 di Jakarta, KUMPUL menyatukan lebih dari 500 thought leaders dari Asia-Pasifik – termasuk pendiri startup, investor, korporasi, pembuat kebijakan, dan pemimpin ekosistem – untuk fokus membahas tantangan mendesak yang sangat dirasakan oleh UMKM perempuan, yaitu isu "Missing Middle."
Di Asia Tenggara, sekitar 71 juta Small Growing Businesses (SGBs) atau Usaha Menengah Awal menjadi tulang punggung perekonomian, mencakup 97% dari seluruh entitas usaha. Banyak dari usaha ini dijalankan atau didirikan oleh perempuan.
Ironisnya, kurang dari 30% dari SGBs ini memiliki akses ke pembiayaan formal, menciptakan kesenjangan pendanaan tahunan yang masif, melebihi USD 300 miliar.
UMKM perempuan seringkali terperangkap dalam "Missing Middle". Mereka telah melampaui skala mikro sehingga sulit mendapat mikrofinansial, namun dinilai terlalu berisiko oleh modal ventura atau bank besar.
Selain itu, mereka harus berjuang dengan infrastruktur digital yang tidak terintegrasi, hambatan untuk ekspansi lintas batas, dan isu adaptabilitas tenaga kerja. Bagi pengusaha perempuan, tantangan ini sering diperparah oleh bias gender dan peran ganda yang harus diemban.
Menyadari bahwa tantangan ini memerlukan solusi kolektif dan berempati, KUMPUL merancang C4C Summit 2025 sebagai platform regional.
"Isu Missing Middle ini sangat relevan dengan UMKM perempuan yang gigih berjuang menembus batas pertumbuhan," ujar Faye Wongso, Founder KUMPUL sekaligus Chairperson KUMPUL Impact.
"Kami menyatukan para pemimpin untuk merancang kolaborasi yang secara spesifik mempermudah akses dan mendukung keberlanjutan bagi lebih banyak pelaku usaha perempuan untuk berkembang," tambahnya lagi.
Baca Juga: Ini Pentingnya Kreativitas dan Keberanian untuk UMKM Perempuan Menurut Chef Devina Hermawan
Summit ini berlandaskan pada tiga pilar utama: Connect for Growth (meningkatkan akses ke pengetahuan, jaringan, dan pembiayaan yang lebih ramah perempuan); Connect for Innovation (mendorong adopsi teknologi yang memudahkan operasional UMKM perempuan); dan Connect for Ecosystem (memperkuat kemitraan untuk kebijakan yang inklusif).
Sepanjang C4C Summit 2025, berbagai sesi utama fokus pada topik krusial bagi UMKM perempuan, seperti strategi spesifik peningkatan akses pembiayaan yang adil, kolaborasi lintas negara untuk memfasilitasi ekspor produk UMKM, dan pemanfaatan etika kecerdasan buatan (ethical AI) untuk efisiensi bisnis.
Dalam upaya membangun solusi yang terukur, KUMPUL meluncurkan Scale-Up Readiness Index (SCRIN), sebuah alat ukur yang sangat berguna bagi UMKM perempuan untuk mengidentifikasi prioritas pertumbuhan mereka dan mendapatkan rekomendasi yang disesuaikan.
Selain itu, diterbitkan pula ATLAS x ERIA Whitepaper, yang menyajikan wawasan mendalam tentang bagaimana kolaborasi regional dan arus modal dapat mengakselerasi ekspansi usaha perempuan.
"Fokus kami adalah menyediakan alat dan kerangka kerja yang praktis," kata Mega Prawita, Managing Director KUMPUL.
"Melalui SCRIN, kami ingin memastikan bahwa pengusaha perempuan dapat secara jelas mengidentifikasi faktor pendorong pertumbuhan yang skalabel dan inklusif, dan kami akan bekerja sama dengan para pembuat kebijakan dan investor untuk mewujudkannya."
Delegasi dari berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, serta perwakilan dari lembaga regional dan multilateral (termasuk ASEAN Foundation, AVPN, dan Uni Eropa), berkumpul untuk memperkuat kerangka kolaborasi ini.
Selain sesi pleno, Summit juga memfasilitasi tiga sesi business matching yang strategis, sesi pitching dua arah untuk mempertemukan UMKM dengan investor yang tepat, dan forum eksekutif tertutup.
Melalui Connect for Change Summit 2025, KUMPUL memperkuat peran Indonesia sebagai penghubung regional dalam mendorong kewirausahaan yang inklusif. Forum ini menjadikan tantangan "Missing Middle" yang dihadapi UMKM perempuan sebagai prioritas utama kawasan, meletakkan fondasi bagi tindakan nyata dan terkoordinasi untuk masa depan yang lebih adil dan berdaya.
(*)
Baca Juga: Upaya Perempuan Mencapai Financial Freedom Lewat Jalur Wirausaha