KOMPAS.com - Pemahaman tentang pembelajaran berdiferensiasi menjadi bagian penting dalam Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025.
Topik ini membantu guru memahami cara merancang pembelajaran yang berpihak pada siswa dengan menyesuaikan konten, proses, dan produk belajar berdasarkan kesiapan, minat, serta gaya belajar siswa.
Dalam Buku Ajar PPG bagi Guru Tertentu Pembelajaran Mendalam dan Asesmen (Umum) (2025) karya Dini Asri Kusnia Dewi, guru diminta menulis refleksi pembelajaran dengan menjawab pertanyaan, ceritakan inspirasi atau wawasan baru yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari topik ini.
Refleksi ini mendorong guru untuk menilai kembali praktik mengajar sekaligus merancang langkah perbaikan agar pembelajaran lebih inklusif dan bermakna.
Berikut kunci jawaban cerita reflektif Modul 1 Topik 2 PPG 2025 yang dapat dijadikan referensi bagi Bapak/Ibu guru dalam memahami dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.
Baca juga: 10 Jawaban PMM, Ceritakan Bagaimana Pendekatan Understanding by Design (UbD) Topik 1 PPG Guru 2025
Setelah mempelajari topik Merancang Pembelajaran Berdiferensiasi, saya mendapatkan inspirasi bahwa setiap peserta didik berhak belajar dengan cara yang sesuai dengan potensi dan kebutuhannya masing-masing. Selama ini, saya cenderung menggunakan metode yang sama untuk seluruh siswa tanpa mempertimbangkan perbedaan kemampuan, minat, dan gaya belajar mereka.
Materi ini membuka pandangan saya bahwa keberagaman di kelas bukan hambatan, melainkan peluang bagi guru untuk berinovasi dalam mengajar. Dengan memahami konsep diferensiasi, saya merasa lebih mampu menyesuaikan pembelajaran agar setiap siswa dapat mencapai pemahaman yang mendalam sesuai dengan kesiapan mereka.
Pemahaman yang paling membekas bagi saya adalah bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti membuat rencana pelajaran yang berbeda untuk setiap siswa, tetapi menyesuaikan konten, proses, dan produk pembelajaran agar relevan dengan kebutuhan dan potensi peserta didik.
Saya menyadari bahwa tugas utama guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi memastikan bahwa setiap siswa benar-benar belajar. Dengan diferensiasi, guru menjadi fasilitator yang membantu siswa mencapai tujuan belajar melalui jalur yang sesuai bagi mereka.
Pemahaman ini membuat saya lebih reflektif dan adaptif dalam merancang pembelajaran. Ke depan, saya akan melakukan asesmen diagnostik di awal untuk memetakan kesiapan dan minat belajar siswa. Hasilnya akan saya gunakan untuk menyesuaikan strategi, misalnya melalui variasi tugas, pilihan aktivitas, atau pengelompokan siswa berdasarkan tingkat pemahaman.
Saya juga akan memperkaya media belajar agar lebih menarik bagi berbagai gaya belajar, seperti visual, auditori, dan kinestetik. Dengan cara ini, saya berharap semua peserta didik dapat merasakan pembelajaran yang inklusif, menantang, dan bermakna sesuai dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi.
Setelah mempelajari topik Merancang Pembelajaran Berdiferensiasi, saya menyadari bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang unik. Ada siswa yang cepat memahami konsep melalui gambar, ada pula yang lebih mudah dengan praktik langsung. Selama ini, saya sering menggunakan satu metode untuk semua siswa tanpa mempertimbangkan perbedaan tersebut.
Saya terinspirasi untuk lebih kreatif dalam menyesuaikan kegiatan belajar agar semua anak merasa terfasilitasi dan bersemangat belajar.
Yang paling membekas bagi saya adalah prinsip bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti membuat banyak rencana pelajaran, tetapi menyesuaikan konten, proses, dan produk agar selaras dengan kesiapan, minat, serta gaya belajar siswa.
Ke depan, saya akan memulai pembelajaran dengan asesmen diagnostik sederhana, seperti kuis atau observasi aktivitas siswa. Saya juga akan memberikan variasi kegiatan, misalnya bermain peran, menggambar, atau bercerita, agar siswa belajar sesuai gaya belajarnya. Dengan cara ini, setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.