Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyeri Tungkai yang Tak Kunjung Hilang Bisa Jadi Gejala Kanker Tulang

Kompas.com - 19/09/2025, 19:03 WIB
Rafa Aulia Febriani ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nyeri pada tulang, terutama di tungkai, yang tidak kunjung hilang sering dianggap sepele sebagai pegal biasa.

Namun hati-hati, keluhan ini bisa menjadi gejala awal dari kanker tulang yang perlu diwaspadai.

Dr. Muhammad Wahyudi, Sp.OT(K), Konsultan onkologi ortopedi Eka Hospital BSD mengatakan, banyak pasien yang memeriksakan diri setelah timbul pembengkakan karena keluhan nyeri, padahal nyeri itulah yang menjadi gejala umum kanker tulang.

"Biasanya rata-rata setelah ada bengkak, pasien baru berobat. Padahal, sebelum ada pembengkakan biasanya sudah ada gejala seperti pegal yang dalam atau rasa nyeri," katanya dalam sesi bahas problematika kanker tulang, Kamis (18/9/2025).

Baca juga: Siapa yang Berisiko Alami Kanker Tulang? Ini Faktor Risikonya...

Dr. Wahyudi menekankan pentingnya mengenali gejala kanker tulang, agar bisa dideteksi sejak awal dan meningkatkan peluang kesembuhan. 

Kasus jarang tapi serius

dr. Muhammad Wahyudi, Sp.OT (K), Konsultan Onkologi Ortopedi Eka Hospital BSD, menjelaskan seputar problematika kanker tulang, di Jakarta, Kamis (18/9/2025).KOMPAS.com/RAFA AULIA FEBRIANI dr. Muhammad Wahyudi, Sp.OT (K), Konsultan Onkologi Ortopedi Eka Hospital BSD, menjelaskan seputar problematika kanker tulang, di Jakarta, Kamis (18/9/2025).

Ia mengatakan, kanker tulang tergolong jarang, hanya sekitar satu persen dari seluruh kasus kanker. Karena itu, masyarakat kurang mengenal lebih dalam gejalanya.

"Kalau kita bandingkan kasus-kasus kanker tulang dibanding kanker dari organ lain, hanya mungkin kurang dari satu persen," kata dr. Wahyudi.

Perlu diketahui, jenis kanker tulang dibagi menjadi dua, yakni primer dan secondary.

Jenis primer adalah yang berasal dari sel tulang itu sendiri. Sementara jenis secondary adalah ketika sel tulang yang berasal dari tempat lain atau biasa disebut anak sebar. 

"Untuk yang primer, paling sering mengenai usia remaja, terutama osteosarkoma. Usia belasan tahun paling rentan karena sel tulang sedang aktif membelah, lalu terjadi mutasi," jelasnya.

Baca juga: Apakah Penderita Kanker Tulang Bisa Sembuh? Ini Penjelasannya..

Lebih lanjut, menurut dr. Wahyudi, jenis secondary biasa terjadi pada usia tua misalnya 40 tahun ke atas dan penyebaran kankernya berasal dari sel tempat lain.

"Misalnya seseorang punya kanker payudara, setelah beberapa tahun dia menyebar ke tulang. Itu yang kita sebut sebagai keganasan tulang yang sekunder," ungkapnya. 

Gejala kanker tulang yang sering diabaikan

Gejala nyeri atau pegal yang tak kunjung hilang, bisa jadi gejala kanker tulang.Shutterstock/CrispyPork Gejala nyeri atau pegal yang tak kunjung hilang, bisa jadi gejala kanker tulang.

Dr. Wahyudi menegaskan, gejala awal paling umum kanker tulang adalah nyeri menetap, terutama ketika nyeri masih terjadi pada malam hari atau saat istirahat.

"Kalau nyerinya sudah diistirahatkan tidak membaik, nyeri terutama pada malam hari, pada saat diistirahatkan pun nyeri, wajib segera diperiksa," tuturnya.

Adapun, gejala awal paling sering ialah nyeri atau rasa pegal. Namun, ketika nyeri terjadi terus-menerus dalam jangka waktu hampir dua sampai tiga minggu, harus segera periksa ke dokter. 

Baca juga: Apakah Anda Mengalami Kanker Tulang? Ini Ciri-cirinya...

"Jadi, kalau misalnya ada nyeri di tungkai atau alat gerak dua sampai tiga minggu tidak membaik, segera berobat," tegasnya.

Lebih lanjut, menurutnya, setiap jenis tumor punya karakter sering munculnya di area mana. Misalnya pada tumor tulang ganas osteosarkoma, paling sering muncul di dekat lutut atau ujung tulang paha, lalu proksimal humerus atau area tulang dekat bahu, serta tulang pelvis atau panggul. 

Deteksi dan risiko kanker tulang

Saat ini belum ada skrining khusus untuk kanker tulang. Pemeriksaan dimulai dengan X-ray dan bila perlu MRI. 

"Tidak ada skrining untuk kanker tulang secara khusus. Sayangnya, tumor kanker tulang itu baru keliatan di X-ray bila 50 persen tulangnya sudah rusak. Tapi sebelum rusak, dia sudah bikin nyeri," ungkapnya.

Dr. Wahyudi menuturkan, bahwa risiko terburuk kanker tulang yakni mengancam nyawa. Namun, ia juga mengatakan bahwa kanker tulang tetap bisa sembuh.

Baca juga: 10 Tanda-tanda Kanker Tulang Belakang yang Harus Diwaspadai

"Kalau ditanya bisa sembuh, bisa. Sedangkan risiko terburuk kanker ini mengancam nyawa," tegasnya.

Faktor penyebab utama dari kanker tulang ialah faktor mutasi genetik sporadis, bukan gaya hidup atau makanan. 

"Paling sering karena mutasi genetik yang secara sporadis. Tapi untuk lifestyle dan lain-lain tidak ada yang dapat dihubungkan langsung untuk terjadinya sesuatu seperti osteosarkoma," kata dia.

Terapi kanker tulang tak selalu berakhir amputasi

Ketakutan pasien masih banyak yang khawatir harus diamputasi. Menurut dr. Wahyudi, pilihan terapi tergantung stadium dan jenis tumor. 

Baca juga: 5 Penyebab Osteosarkoma, Kanker Tulang yang Menyerang Anak-anak

"Banyak modalitas untuk terapi kanker, yang pertama adalah pembedahan, lalu kemoterapi, dan dengan radiasi," tuturnya.

Namun, itu semua kembali lagi dengan jenis kankernya. Untuk pembedahan ada tindakan pembedahan limb salvage surgery, atau tindakan berusaha untuk menyelamatkan tungkai agar tidak sampai dilakukan amputasi. 

Sementara, ketika memang harus dilakukan tindakan amputasi, ketika tumor sudah sangat besar.

"Biasanya dilakukan amputasi bila tumornya sudah sangat besar. Artinya kontaminasinya sudah sangat luas, atau di bawah kulit sudah langsung tumornya semua. Jadi jika diangkat tersisa kulitnya saja," jelasnya.

Baca juga: 4 Cara Mengobati Kanker Tulang yang Perlu Diketahui

Adapun dr. Wahyudi mengatakan, jika periksa dan datang sejak awal, dan kondisi pasien bagus, tindakan amputasi kemungkinan tidak dilakukan.

"Sebagian besar dapat dilakukan tindakan limb salvage surgery. Artinya kita angkat tumornya, kemudian direkonstruksi sehingga tungkainya dapat berfungsi kembali," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau