Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Separuh Serangan Jantung pada Wanita Bukan karena Arteri Tersumbat

Kompas.com - 27/09/2025, 07:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Selama ini, serangan jantung umumnya dikaitkan dengan penyumbatan arteri akibat proses aterotrombosis yakni suatu kondisi dimana gumpalan darah menghalangi aliran darah ke jantung. 

Namun, temuan terbaru mengindikasikan bahwa peran faktor penyebab lain mungkin selama ini terabaikan, khususnya pada kelompok usia dewasa muda.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Mayo Clinic, AS, menganalisis 1.474 kasus serangan jantung pada individu berusia 65 tahun atau lebih muda yang tercatat antara tahun 2003 hingga 2018 di Olmsted County, Minnesota. 

Melalui tinjauan mendalam terhadap rekam medis dan hasil pencitraan, para peneliti berhasil mengidentifikasi penyebab utama di balik setiap kasus.

Baca juga: Masih Muda Sudah Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter...

Sebanyak 75 persen serangan jantung pada pria memang disebabkan oleh aterotrombosis, suatu temuan yang dapat diprediksi. Akan tetapi, pada wanita, kondisi ini hanya menjadi pemicu pada 47 persen kasus, atau kurang dari separuhnya. 

Perbedaan yang signifikan ini membawa implikasi penting bagi upaya pencegahan dan penanganan serangan jantung ke depan.

"Penelitian ini menyoroti penyebab serangan jantung yang secara historis kurang disadari, terutama pada wanita," kata ahli jantung Claire Raphael.

"Ketika akar penyebab serangan jantung disalahpahami, hal itu dapat menyebabkan pengobatan yang kurang efektif atau bahkan berbahaya."

Di antara faktor-faktor lain yang secara signifikan berkontribusi terhadap serangan jantung adalah diseksi arteri koroner spontan (SCAD) di mana robekan pada dinding arteri mengumpulkan darah, faktor emboli (bekuan darah yang mengalir dari area lain tubuh), dan pemicu stres lainnya yang bekerja pada tubuh (seperti anemia).

Baca juga: 6 Kebiasaan yang Tingkatkan Risiko Penyumbatan Pembuluh Darah Jantung, Segera Hindari

Tim juga menemukan bahwa banyak serangan jantung terkait SCAD awalnya disalahartikan sebagai aterotrombosis, terutama pada wanita, di mana SCAD menjadi penyebabnya hampir enam kali lebih sering. 

Jika penyebab serangan jantung salah didiagnosis, dokter mungkin mengambil pendekatan yang salah untuk mencegah serangan berikutnya.

"Penelitian kami menyoroti kebutuhan yang lebih besar untuk memikirkan kembali pendekatan kita terhadap serangan jantung pada populasi pasien ini, dan khususnya pada wanita dewasa muda," kata ahli jantung Rajiv Gulati.

Penelitian ini belum mengeksplorasi alasan di balik perbedaan signifikan antara pria dan wanita tersebut. Namun, diduga kuat hal ini dapat disebabkan oleh dua faktor utama: pertama, faktor risiko serangan jantung mungkin berdampak berbeda pada tubuh wanita; kedua, adanya kemungkinan bahwa wanita kurang cepat dalam mencari pertolongan medis.

Baca juga: Gustiwiw Meninggal Diduga akibat Tekanan Darah Tinggi, Ini Gejala Hipertensi pada Usia Muda

Aspek-aspek inilah yang menjadi peluang untuk diteliti lebih lanjut di masa depan, bersama dengan penerapan teknik analisis yang sama pada populasi yang lebih besar dan beragam.

Para peneliti berharap ada lebih banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan penyebab alternatif di balik serangan jantung, baik di kalangan tenaga kesehatan maupun masyarakat umum – yang pada akhirnya dapat menyelamatkan nyawa.

"Memahami mengapa serangan jantung terjadi sama pentingnya dengan mengobatinya," kata Raphael. "Hal itu dapat menentukan antara pemulihan dan kekambuhan."

Hasil penelitian tersebut dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau