BADAN Pusat Statistik merilis bahwa Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di masyarakat mengenai dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Deflasi ini dapat memengaruhi target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan sekitar 5 persen.
Selama lima bulan berturut-turut, Indonesia mengalami deflasi, yang merupakan penurunan tingkat harga umum barang dan jasa dalam perekonomian.
Di satu sisi, deflasi mungkin tampak sebagai kabar baik bagi konsumen, karena harga-harga menjadi lebih murah.
Namun, deflasi berkepanjangan dapat menjadi sinyal potensi masalah ekonomi yang lebih serius, seperti penurunan daya beli, lemahnya permintaan domestik, dan stagnasi ekonomi.
Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi lebih dalam dampak deflasi dan potensi krisis ekonomi yang mungkin dihadapi Indonesia.
Deflasi adalah fenomena di mana terjadi penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam jangka waktu cukup lama. Ini adalah kebalikan dari inflasi, di mana harga barang dan jasa mengalami kenaikan.
Meskipun harga yang turun mungkin terlihat menguntungkan bagi konsumen, deflasi dapat membawa berbagai risiko bagi perekonomian, terutama jika berlangsung terlalu lama.
Terdapat beberapa faktor yang disinyalir dapat menjelaskan penyebab deflasi. Faktor pertama ialah terkait penurunan permintaan domestik.
Permintaan domestik yang lemah merupakan faktor penting dalam terjadinya deflasi. Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan telah memberikan dampak jangka panjang pada perekonomian, terutama pada sektor ritel dan konsumsi.
Meskipun beberapa sektor telah pulih, banyak masyarakat yang masih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka.
Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi juga membuat konsumen memilih untuk menabung daripada mengonsumsi, yang pada akhirnya menekan permintaan barang dan jasa.
Penyebab kedua terkait kelebihan pasokan komoditas, terutama komoditas pangan. Penurunan harga pangan, terutama produk hortikultura yang mengalami kelebihan pasokan atau over supply.
Kondisi ini menyebabkan harga beberapa komoditas pangan strategis seperti cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, dan tomat mengalami penurunan signifikan.
Penyebab berikutnya ialah terkait kebijakan pemerintah yang menambah beban masyarakat seperti pajak, pemotongan subsidi energi, dan kenaikan berbagai iuran.