JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa proyek food estate di masa lalu mengalami kegagalan karena pendekatan yang tidak menyeluruh.
Menurut Amran, proyek tersebut sebelumnya dijalankan tanpa mempertimbangkan seluruh aspek yang diperlukan untuk keberhasilannya.
"Kenapa gagal food estate? Kenapa gagal (cetak sawah) sejuta hektar? Kenapa gagal semua? Karena pendekatannya parsial, enggak holistik," ujarnya saat menerima Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Senin (10/3/2025) dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: Mentan Amran: Sekarang Food Estate Dikelola secara Holistik, Dulu Tidak
Ia mencontohkan proyek food estate di Merauke, Papua Selatan, yang memberikan lahan luas kepada satu keluarga, tetapi tidak disertai pendampingan teknologi dan infrastruktur yang memadai.
"Kita datang, kemudian ditinggal tanpa teknologi, ya 50 tahun enggak selesai," katanya.
"Itu dulu (tidak holistik). Sekarang ini dikelola secara holistik," kata Amran usai rapat koordinasi di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (20/3/2025).
Menurutnya, transformasi pertanian tradisional ke sistem modern menjadi salah satu solusi utama.
"Kami lakukan besar-besaran. Jadi pertanian tradisional menjadi modern. (Pemberian) alat traktor, alat panen, penyimpanan, gudangnya, lengkap," ujar Amran.
Baca juga: Mentan Amran Ungkap Proyek Food Estate Bisa Gagal Jika Parsial dan Tidak Holistik
Transformasi ini, lanjutnya, masih terus berproses dan diharapkan mampu meningkatkan efisiensi serta produktivitas food estate di Indonesia.
"Makanya gagasan kami, agar food estate tidak gagal, maka perlu transformasi dari tradisional ke modern. Ini optimasi lahan, ada milenial dan teknologi, teknologi masuk," tutupnya.
Penulis: Nirmala Maulana Achmad
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini