JAKARTA, KOMPAS.com - PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mencatatkan penurunan laba bersih pada Kuartal I 2025. Salah satu penyebabnya, adanya kendala pada penjualan iPhone 16 di Indonesia beberapa waktu lalu.
Direktur Erajaya Patrick Adhiatmadja mengatakan, pada kuartal pertama kemarin perusahaan mengalami penurunan laba bersih (net profit) sebesar 22,6 persen secara tahunan, dari Rp 274 miliar pada Kuartal I 2024 menjadi Rp 212 miliar pada Kuartal I 2025.
Penurunan laba bersih ini disebabkan oleh penjualan bersih (net sales) yang juga turun 4,6 persen secara tahunan, dari Rp 16,65 triliun pada Kuartal I 2024 menjadi Rp 15,88 triliun pada Kuartal I 2025.
"Net sales Erajaya selama Kuartal I 2025 compared dengan 2024 mengalami penurunan hampir 5 persen. Dengan operating profit yang turun lebih dalam, sebanyak 18 persen. Gross profit juga kami mengalami penurunan tapi sebenarnya tidak terlalu signifikan, cuma 2,3 persen. Untuk net profit sendiri turun sebanyak 22 persen," ujarnya saat paparan publik, Selasa (10/6/2025).
Baca juga: Prospek Saham Erajaya Swasembada (ERAA) di Tengah Tren Penjualan iPhone
Patrick mengungkapkan, penurunan kinerja perseroan pada tiga bulan pertama 2025 ini disebabkan oleh pelarangan penjualan iPhone 16 di Indonesia beberapa waktu lalu.
Sebagai informasi, pelarangan penjualan iPhone 16 disebabkan oleh Apple, selaku produsen iPhone 16, belum memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan komitmen investasi ke Indonesia.
Padahal produk iPhone 16 telah resmi dirilis pada 20 September 2024 namun baru mulai tersedia di Indonesia pada 11 April 2025 karena saat itu prosesnya cukup alot.
Sementara Erajaya telah melakukan pengadaan produk iPhone 16 sejak pekan terakhir Maret 2025 atau akhir Kuartal I sehingga harus memundurkan penjualannya ke April atau awal Kuartal II.
Baca juga: Erajaya (ERAA): Preorder iPhone 16 Bisa Dilakukan Mulai Hari Ini
Sehingga biaya modalnya masuk ke pengeluaran Kuartal I tapi pemasukan dari penjualan iPhone 16 masuk ke pembukuan Kuartal II.
"Untuk Erajaya sendiri hal tersebut sebenarnya sedikit banyak dipengaruhi juga dengan tidak adanya atau belum adanya iPhone 16," ucapnya.
Pada periode yang sama, perusahaan juga mengurangi belanja moda (capital expenditure) sebesar 8,7 persen dari Rp 173 miliar di Kuartal I 2024 menjadi Rp 158 miliar di Kuartal I 2025.
"Ini karena kami juga sedikit mengerem pembukaan toko-toko baru di tengah latar belakang kondisi perekonomian baik lokal maupun global, jadi kami sedikit mengerem di situ," ungkapnya.
Baca juga: iPhone 16 Segera Dijual di RI, Bagaimana Prospek Saham Erajaya ERAA?
Kendati demikian, dia optimistis kinerja yang turun ini tidak akan berlarut-larut ke kuartal-kuartal selanjutnya. Mengingat penyebab penurunan penjualan pada kuartal pertama sudah terselesaikan.
Selain itu, bisnis retail Erajaya juga meningkat pesat dengan angka kontribusi 71,6 persen atau lebih tinggi dari kontribusi bisnis distribusi yang sebesar 28,4 persen pada Kuartal I 2025. Hal ini menandakan transformasi bisnis dan investasi di sektor retail akan mulai terasa ke kinerja perseroan.
"Kami cukup berbesar hati terhadap angka-angka ini. Karena tadi belum ada iPhone 16 dan sebenarnya angka-angkanya is actually not too bad. Apalagi kalau kita lihat di komposisi dari penjualan distribusi dan penjualan retail," tuturnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini