JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council Arsjad Rasjid menyebut gelombang tenaga kerja Indonesia yang bekerja ke luar negeri seharusnya jadi momentum untuk membenahi kondisi ketenagakerjaan di dalam negeri.
Ia menilai, keputusan banyak orang Indonesia bekerja di luar negeri bukan semata karena tidak cinta tanah air, melainkan karena kondisi kerja di dalam negeri belum menjanjikan.
"Realitas di luar negeri di mana upah ditawarkan itu 5–8 kali lipat lebih tinggi. Lalu jalur karirnya itu lebih jelas, dan akses jaminan sosial yang lebih baik. Ini fakta," kata Arsjad dalam acara Paramadia: Meet The Leaders 4, Sabtu (19/7/2025).
Baca juga: Arsjad Rasjid: Trump Effect Jadi Tantangan Capai Indonesia Emas 2045
Ia mengungkap, mereka yang memilih mencari nafkah di luar negeri sesungguhnya ingin bekerja di Indonesia, tetapi kesempatan kerja terbatas dan pendapatan tidak cukup.
"Kita harus percaya bahwa sebetulnya orang Indonesia itu tidak ingin kerja di luar. Semua itu sayang dengan bangsa ini, dengan negara ini. Mereka semua pengen kerja di sini," ujar dia.
"Sebetulnya kita harus melihat mereka, yang mau bekerja di luar, jangan sebagai orang yang mau kabur. Tetapi tadi, karena ekonomi, perlu yang namanya pendapatan, dan di sisi lain lapangan pekerjaan kurang ada di sini."
Menurut dia, kondisi ini bisa jadi pendorong pemerintah menyiapkan lebih banyak lapangan kerja di tengah bonus demografi. Jumlah penduduk usia produktif saat ini lebih besar dibanding usia non-produktif, tapi tak dibarengi dengan ketersediaan pekerjaan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran per Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang, naik 83.450 orang dari Februari 2024.
Arsjad menilai keputusan sebagian orang bekerja di luar negeri bisa membantu menekan tekanan tenaga kerja dalam negeri, setidaknya sementara.
"Malahan mereka (pekerja migran Indonesia) itu menjadi duta kita untuk memberikan solusi untuk bangsa ini, paling sedikit temporary. Sambil kita menyiapkan lapangan pekerjaan di dalam negeri, ini menjadi solusi awal," kata dia.
Baca juga: Pengusaha Tekstil Minta Pemerintah Perbaiki Regulasi Perdagangan Usai Tarif Trump Turun
Menurut dia, remitansi dari para pekerja migran berperan besar bagi ekonomi nasional. Uang yang mereka kirimkan ke keluarga di Indonesia ikut menggerakkan roda ekonomi.
"Saudara-saudara kita harus memiliki pendapatan, supaya pendapatan itu (dari bekerja di luar negeri) bisa dikirim dan menjadi ekonomi growth juga untuk Indonesia," ujar dia.
"Jadi sambil membangun, tapi kita juga harus mengirim (tenaga kerja ke luar negeri). Supaya apa? Supaya ada lapangan pekerjaan. Kalau tidak, sekali lagi, kriminalitas naik tinggi, social unrest (gejolak sosial) akan terjadi. Ini menjadi pekerjaan rumah kita."
Arsjad menambahkan, perbaikan harus dilakukan secara menyeluruh melalui pendekatan "grow people, gear up industry, and go green".