Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bonus Demografi Tanpa Kerja, Arsjad: Risiko Gejolak Sosial Meningkat

Kompas.com - 19/07/2025, 19:22 WIB
Yohana Artha Uly,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council Arsjad Rasjid menyebut gelombang tenaga kerja Indonesia yang bekerja ke luar negeri seharusnya jadi momentum untuk membenahi kondisi ketenagakerjaan di dalam negeri.

Ia menilai, keputusan banyak orang Indonesia bekerja di luar negeri bukan semata karena tidak cinta tanah air, melainkan karena kondisi kerja di dalam negeri belum menjanjikan.

"Realitas di luar negeri di mana upah ditawarkan itu 5–8 kali lipat lebih tinggi. Lalu jalur karirnya itu lebih jelas, dan akses jaminan sosial yang lebih baik. Ini fakta," kata Arsjad dalam acara Paramadia: Meet The Leaders 4, Sabtu (19/7/2025).

Baca juga: Arsjad Rasjid: Trump Effect Jadi Tantangan Capai Indonesia Emas 2045

Ia mengungkap, mereka yang memilih mencari nafkah di luar negeri sesungguhnya ingin bekerja di Indonesia, tetapi kesempatan kerja terbatas dan pendapatan tidak cukup.

"Kita harus percaya bahwa sebetulnya orang Indonesia itu tidak ingin kerja di luar. Semua itu sayang dengan bangsa ini, dengan negara ini. Mereka semua pengen kerja di sini," ujar dia.

"Sebetulnya kita harus melihat mereka, yang mau bekerja di luar, jangan sebagai orang yang mau kabur. Tetapi tadi, karena ekonomi, perlu yang namanya pendapatan, dan di sisi lain lapangan pekerjaan kurang ada di sini."

Menurut dia, kondisi ini bisa jadi pendorong pemerintah menyiapkan lebih banyak lapangan kerja di tengah bonus demografi. Jumlah penduduk usia produktif saat ini lebih besar dibanding usia non-produktif, tapi tak dibarengi dengan ketersediaan pekerjaan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran per Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang, naik 83.450 orang dari Februari 2024.

Arsjad menilai keputusan sebagian orang bekerja di luar negeri bisa membantu menekan tekanan tenaga kerja dalam negeri, setidaknya sementara.

"Malahan mereka (pekerja migran Indonesia) itu menjadi duta kita untuk memberikan solusi untuk bangsa ini, paling sedikit temporary. Sambil kita menyiapkan lapangan pekerjaan di dalam negeri, ini menjadi solusi awal," kata dia.

Baca juga: Pengusaha Tekstil Minta Pemerintah Perbaiki Regulasi Perdagangan Usai Tarif Trump Turun

Menurut dia, remitansi dari para pekerja migran berperan besar bagi ekonomi nasional. Uang yang mereka kirimkan ke keluarga di Indonesia ikut menggerakkan roda ekonomi.

"Saudara-saudara kita harus memiliki pendapatan, supaya pendapatan itu (dari bekerja di luar negeri) bisa dikirim dan menjadi ekonomi growth juga untuk Indonesia," ujar dia.

"Jadi sambil membangun, tapi kita juga harus mengirim (tenaga kerja ke luar negeri). Supaya apa? Supaya ada lapangan pekerjaan. Kalau tidak, sekali lagi, kriminalitas naik tinggi, social unrest (gejolak sosial) akan terjadi. Ini menjadi pekerjaan rumah kita."

Arsjad menambahkan, perbaikan harus dilakukan secara menyeluruh melalui pendekatan "grow people, gear up industry, and go green".

Halaman:


Terkini Lainnya
Di Tengah Rumor PHK Massal, Laba Gudang Garam Anjlok Drastis
Di Tengah Rumor PHK Massal, Laba Gudang Garam Anjlok Drastis
Industri
Menkeu Purbaya soal 17+8 Tuntutan Rakyat: Itu Suara Sebagian Kecil Masyarakat...
Menkeu Purbaya soal 17+8 Tuntutan Rakyat: Itu Suara Sebagian Kecil Masyarakat...
Ekbis
IHSG Rontok Usai Sri Mulyani Diganti: Pasar Panik atau Rasional?
IHSG Rontok Usai Sri Mulyani Diganti: Pasar Panik atau Rasional?
Keuangan
Saham Emiten Rokok Meroket Usai Sri Mulyani Tak Lagi Jadi Menteri
Saham Emiten Rokok Meroket Usai Sri Mulyani Tak Lagi Jadi Menteri
Cuan
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau