NEW YORK, KOMPAS.com – Harga emas dunia menguat lebih dari 1 persen ke level tertinggi dalam lima pekan pada akhir perdagangan Senin (21/7/2025) waktu setempat atau Selasa (22/7/2025) pagi WIB.
Penguatan dipicu oleh pelemahan dollar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS atau U.S Treasury, di tengah ketidakpastian global jelang waktu tenggat kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah negara pada 1 Agustus 2025.
Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot naik 1,3 persen ke level 3.394,23 dollar AS per ons, mejadi level tertinggi sejak 17 Juni 2025. Sementara harga emas berjangka AS naik 1,4 persen ke level 3.406,40 dollar AS per ons.
Baca juga: Harga Emas Bisa Tembus 3.400 Dollar AS, Didorong Gejolak Politik dan Ekonomi
Indeks dollar AS (DXY) melemah 0,6 persen dalam perdagangan kemarin. Hal ini membuat harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga meningkatkan permintaan terhadap emas.
Di saat yang sama, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun menyentuh posisi terendah dalam lebih dari satu pekan, yang turut mendukung minat investor beralih ke emas.
“Dengan tenggat waktu 1 Agustus yang semakin dekat, ketidakpastian di pasar meningkat, dan hal ini jelas mendukung harga emas,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures.
Uni Eropa saat ini sedang menjajaki berbagai opsi balasan terhadap kebijakan tarif AS, seiring makin tipisnya peluang tercapainya kesepakatan dagang antara kedua belah pihak, menurut para diplomat Uni Eropa.
Di sisi lain, pelaku pasar kini memperkirakan ada sekitar 59 persen kemungkinan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada September 2025, berdasarkan data CME FedWatch.
Baca juga: Cara Investasi Emas untuk Pemula, Mudah dan Minim Risiko
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap struktur kelembagaan The Fed.
Pembicaraan tentang penurunan suku bunga AS yang lebih awal dari perkiraan semakin meningkat, seiring dengan spekulasi mengenai kemungkinan pemecatan Ketua Fed Jerome Powell.
"Spekulasi seputar kemungkinan penggantian Ketua Fed Jerome Powell dan perombakan Fed menambah kegelisahan pasar," kata Meger.
Emas dikenal sebagai aset lindung nilai (safe haven) yang berkinerja baik saat ketidakpastian meningkat. Pergerakan harga emas juga turut dipengaruhi kebijakan suku bunga The Fed.
Ketika suku bunga naik atau di level tinggi, maka emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi tak menarik bagi investor, berbeda dari obligasi dan saham yang memang memberikan imbal hasil.
Sebaliknya, ketika suku bunga menurun atau di level rendah, maka imbal hasil pada instrumen investasi lainnya ikut menurun, sehingga emas akan menjadi lebih menarik bagi investor.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini