JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Koperasi Pasar Induk Cipinang Jakarta Timur Zulkifli Rasyid membantah bahwa pihaknya melakukan pengoplosan beras.
Hal ini menyusul adanya temuan investigasi Satuan Tugas Pangan Polri yang menduga adanya dugaan mafia pangan di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
“Saya membantah yang namanya oplosan itu tidak identik bahwa kami melakukan perbuatan yang tidak terpuji dan mencari keuntungan semata, tidak seperti itu,” ujarnya dalam program Investigasi Dipo yang disiarkan di Kompas TV dikutip Selasa (22/7/2025).
Zulkifli mengaku jika pun ditemukan ada beras oplos yang dicampur, itu dilakukan sesuai dengan permintaan konsumen. Misalnya saja seperti para pedagang nasi padang yang lebih sering membutuhkan beras campuran antara beras pulen dengan beras IR42 yang bersifat beras perah.
“Itu memang kami oplos tapi sesuai dengan permintaan konsumen, apakah itu salah? Kami tidak salah kami melakukan sesuai dengan permintaan konsumen kami yang ada,” katanya.
Baca juga: Harga Beras Naik, Mentan Sinyalir Ada Mafia di Pasar Induk Beras Cipinang
“Sementara kalau beras medium kami jadikan premium itu sangat mengambil keuntungan besar, itu kami tidak pernah lakukan. Saya bantah, kalau Menteri Amran (Menteri Pertanian) panggil saya, akan saya hadapi,” sambungnya.
Adapun sebelumnya Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan pemerintah menindak tegas mafia pangan yang memanipulasi data beras di Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC), Jakarta. Rekayasa data beras berdasarkan temuan Satgas Pangan Mabes Polri.
Praktik itu merugikan petani dan konsumen. Amran menyatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) dan Satgas Pangan Polri terus mendalami indikasi permainan besar di balik fluktuasi harga dan distribusi pangan di Pasar Induk Beras Cipinang.
“Jangan biarkan konsumen dan produsen itu menjerit. Kita harus dampingi. Jangan ada segelintir orang ingin merusak negara kita, harus kolaborasi, negara harus kuat, negara tidak boleh kalah dari mafia,” ujar Amran dalam pernyataannya di Jakarta Selatan, Kamis (5/6/2025).
Baca juga: Fakta-fakta Beras Dioplos Mafia Pangan, Ada 212 Merek Hingga Rugikan Konsumen Rp99 Triliun
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini