JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Prabowo Subianto memiliki tekad ambisius untuk menghapus defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam dua tahun.
Sementara di sisi lain, ada program besar yang menyedot anggaran jumbo seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), sekolah rakyat, hingga Koperasi Desa Merah Putih.
Lalu, rasionalkan defisit APBN nol persen pada 2027-2028?
Baca juga: Ambisi Prabowo: APBN Nol Defisit di 2027
Wakil Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Jahen Fachrul Rezki menilai target defisit APBN nol persen tersebut bisa tercapai, asalkan didorong kebijakan yang masuk akal.
Dia mencontohkan Norwegia yang APBN-nya bisa mencapai surplus hingga 15 persen lantaran negara tersebut merupakan penghasil ekspor minyak sehingga penerimaan pajaknya cukup besar.
“Nah apakah itu mungkin untuk Indonesia? Mungkin, tapi harus dibarengi dengan berbagai kebijakan lain yang juga tepat dan cepat. Karena kalau target 2 tahun itu harus cepat melakukan reformasi dari sekarang,” ujarnya dalam Kompas Bisnis, Senin (18/8/2025).
Lebih lanjut Jahen mengatakan, salah satu upaya logis yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendorong target tersebut adalah dengan membuat strategi agar pengeluaran negara setidaknya berbanding lurus dengan pendapatan negara.
Baca juga: Prabowo Tegaskan Efisiensi Anggaran Dilanjutkan, Targetkan APBN Tanpa Defisit
Meski begitu, Johan menyatakan target tersebut cukup anomali. Sebab, pemerintah sendiri memiliki 8 program prioritas yang membutuhkan anggaran yang jumbo.
“Tapi saya cukup sulit melihat mana yang benar-benar prioritas dan mana yang tidak. Tapi yang pasti yang namanya mimpi emang harus tinggi, karena sebenarnya banyak negara lain yang APBNnya mampu mencapai nol persen alias tanpa desifit,” terang dia.